Rabu, 05 November 2014

Resensi: Meski CInta saja Tak Pernah Cukup

Kata orang, buku yang menarik itu adalah buku yang 10 halaman pertamanya mampu membuat pembaca tidak beranjak dari tempatnya dan memutuskan untuk terus membacanya. Nah... sepertinya, buku ini salah satunya deh.

Jujur saja, niatku membeli buku ini karena semula ingin mengikuti lomba membuat novel yang diadakan oleh Indiva, karena formulir untuk mendaftarnya terdapat di halaman belakang novel terbitan Indiva. Jadilah aku membeli novel ini. Asal grap aja sih, jadi gak merhatiin judul, pengarang atau sampulnya lagi. Yang penting ada tulisan: formulir pendaftaran lomba novel ada di dalam novel ini. Sudah. Ambil langsung bayar.



Sayangnya, ternyata novel yang aku pingin selesaikan tidak selesai tepat waktu karena banyak hal (salah satunya karena kesehatanku yang terganggu). Jadi, ya sudah, aku pun memilih untuk membaca novel ini.

Bagian Prolognya, aku suka banget. Deasylawati termasuk sukses membangun rasa penasaran pembaca untuk meneruskan membaca novel ini. Suspensenya dapat. Keren. Bercerita tentang dua kakak adik yang terpisah akibat sebuah kejadian pembagian makanan yang rusuh di depan Balai Kota Bandung. Padahal, dua kakak adik ini adalah dua anak yang baru di kota ini. Keduanya sebenarnya nyasar dan kehabisan bekal sehingga tidak bisa pulang kembali ke kampung halamannya. Nah... awalnya sudah bikin penasaran kan? Jadilah aku meneruskan membacanya.

Sayangnya, di bagian seterusnya Deasylawati agak-agak tersendat untuk menguatkan karakter tokohnya. Silmi, tokoh utama perempuan yang merupakan anak perempuan yang terpisah dari kakak lelaki satu-satunya itu, awalnya digambarkan sebagai muslimah yang kuat pendiriannya, cerdas dan bisa menjaga diri. Tapi... belakangan kenapa dia jadi kehilangan semua kecerdasannya tersebut ketika dia mengetahui bahwa kakak lelakinya yang selama ini "seharusnya" dicarinya sudah dipertemukan dengan dirinya? Dan ketidak masuk akalan berikutnya adalah: masa iya dia sama sekali lupa dengan peristiwa yang amat mencekam di masa kecilnya tersebut? Sampai halaman terakhir aku tidak bertemu penjelasan kenapa Silmi bisa melupakan kejadian mencekam dia terpisah dengan kakaknya tersebut.

Oh ya, jujur saja, aku tuh baru berjilbab setelah punya anak perempuan. Jadi, aku tidak tahu sama sekali kehidupan  akhwat dan ikhwan mulai mereka melakukan Ta'aruf hingga sampai di pelaminan. Nah.... yang aku bingung; kenapa Silmi bisa melakukan hal-hal yang tidak masuk akal sebagai seorang istri ya?
Yup. Setelah menikah, Silmi menolak untuk menjalankan kewajibannnya sebagai seorang istri hanya karena alasan yang buatku sih terlalu mengada-ada deh. Padahal, pasti dong dia sudah mendapat pelajaran dari pengajian yang dia ikuti sebelumnya. Beda ya jika dia "seperti aku" yang memang masih "koboy" ketika menikah jadi jika melakukan hal-hal yang tidak masuk akal semua orang maklum.
Itu sebabnya bagian yang Silmi terus mencari-cari alasan ini sering bikin aku Be-Te membacanya.
Terlihat sekali bahwa penulisnya menulis dari sudut pandang seorang wanita. Jadi, maunya tuh menyalahkan lelaki dan tidak mau melihat kekurangan diri sendiri (hehehehehe).



Jadi... pingin buru-buru aja bacanya dan tanpa sadar aku skip deh bacanya.

Untunglah bagian menjelang akhir, cerita mulai dibangun lagi dengan lumayan bagus (meski tokoh Silmi tetap ditampilkan sebagai karakter yang ngeselin buatku sih... gak banget deh). Bahasanya mulai mengalir cantik, dan penulis berusaha untuk mengambil hati pembaca dengan berusaha keras menampilkan kalimat-kalimat yang bermakna mendalam.


Seperti nasehat dari Aida di bawah ini misalnya:
“Silmi, memahami seseorang bukanlah pekerjaan sehari dua hari, dan kau tidak bisa memasang target untuk benar-benar bisa melakukannya” [Aida - h. 288]
Atau sisipan perkataan Yunan di bawah ini:

Niat adalah pondasi dari semua amalan. Setiap usaha manusia akan dikembalikan kepada niatnya. Dan jangan-jangan dia termasuk golongan … orang yang sia-sia, karena apa yang dilakukannya bukan karena Allah ta’ala [Yunan-h. 232].
Novel yang lumayan deh menurutku sih.

INI SINOPSIS YANG ADA DI BELAKANG NOVEL TERSEBUT (siapa tahu ada yang penasaran:)

Dunia Yunan berubah 180 derajat saat dia menikah dalam kondisi yang tak pernah direncanakan sebelumnya. Silmi, teman sekantor Yunan yang idealis itu jadi istri "tak terduganya". Antara kaget, bingung bercampur senang Yunan menjalani kehidupan barunya bersama Silmi, wanita yang diam-diam membuat hatinya selalu bergetar.

Tapi, perjalanan rumah tangga keduanya tak seindah angan. Yunan menyadari bahwa Silmi belum bisa melupakan lelaki yang hampir lelaki yang "hampir" menjadi suaminya. Dan kenyataan bahwa Silmi masih dan semakin dekat dengan m antan calon suaminya itu membuat Yunan ingin mundur dalam perjuangan cintanya. Di satu sisi, Silmi yang mulai membuka hatinya pada Yunan harus menerima kenyataan bahwa ada hati lain yang sudah lama memendam rasa kepada suaminya.

Akankah cinta sanggup membaca bahtera Yunan dan Silmi berlayar hingga ke pelabuhan bernama "bahagia'?

Judul Novel: Meski Cinta Saja Tak Pernah Cukup
Penulis: Deasylawati
Penerbit: Indiva Media Kreasi
Tahun terbit: Cetakan pertama/maret 2014




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jadi, apa pendapatmu teman?

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...