Alhamdulillah, aku menyelesaikan membaca buku ke 2 sekuel Go Keo, No Noaki-nya Ary Nilandari. Kali ini judulnya Belut Penentuan.
Buku bagian kedua ini, menurutku lebih seru ketimbang buku ke 1. Kenapa? Karena konflik yang berkembang di dalamnya lebih banyak dan lebih mendebarkan. Dan, tokoh-tokoh yang di buku pertama tidak terlalu terlihat keberadaannya, dimunculkan oleh penulis di buku kedua ini. Jadi... cerita tidak terasa monoton hanya berkisar di kisah Keo dan Noaki saja, serta ke lima sahabat mereka.
Ada Sebastian, yang dikatakan di buku pertama memiliki kecerdasan melebihi anak-anak seusia dia. Di buku pertama, kalimat keterangan bahwa Sebastian cerdas tidak terlihat dalam keseharian perilaku Sebastian. Mungkin jejak kecerdasannya terlihat karena dia berhasil menjebol komputer sekolah (meski ini juga diragukan sebenarnya. Kok bisa sih dia memecahkan passwordnya mengingat dia baru kelas 4 SD. Tapi, karena ini sebuah sekolah dasar dan biasanya guru sekolah dasar berpikirnya tidak terlalu rumit {mungkin} jadi masih bisa aku mengerti keberhasilan Sebastian ini). Nah.... di buku kedua ini, Ary Nilandari menuliskan detail kecerdasan Sebastian tersebut. Lewat detail inilah aku jadi yakin, jika memang tokoh Sebastian itu ada di kehidupan nyata, dia memang cerdas yang sesungguhnya.
Ini buktinya bahwa Sebastian memang nyata anak yang cerdas:
1. Sebastian bisa mengingat semua kejadian yang dilihat atau dipelajarinya dengan baik.
2. Sebastian juga punya rasa penasaran yang tinggi. Jadi, dia bukan tipe anak yang cepat puas dengan apa yang diperolehnya.
3. Dia juga selalu memperhatikan angka. Berapa jumlah batu, berapa jumlah kelabang, berapa jumlah bangkai. Anak cerdas cenderung genius, memang selalu otomatis mengumpulkan data berdasarkan angka dan ciri khas tertentu sebuah benda.
4. Sebastian jugabersikap lebih dewasa daripada usia biologisnya.
Pertanyaannya.... kenapa Ary Nilandari menonjolkan Sebastian di buku kedua ini? Ketika membaca buku ini, aku yang memang membaca buku ini dalam rangka ingin belajar bagaimana cara menulis novel anak yang baik, berpikir terus....
- Kenapa Ary menonjolkan Sebastian di nyaris sebagian besar bab-bab dalam buku kedua ini?
- Kenapa Ary tidak terlalu menceritakan tentang Keo lagi, padahal judul buku ini adalah sekuel Keo dan Noaki?
- Kenapa Ary terus menggiring pembaca agar Noaki terlihat sebagai sosok yang rapuh, labil dan "nggak banget deh" jika harus diandalkan sebagai tokoh Hero dalam cerita anak? Padahal, dari apa yang aku pelajari, cerita anak itu, selalu memerlukan tokoh yang bisa dianggap sebagai Hero. Dan Hero di sini selalu digambarkan dengan rangkaian kesempurnaan.
Jawabannya sama seperti judul buku kedua ini: BELUT PENENTUAN. Benar-benar muncul aneka kejutan demi kejutan deh di sekuel kedua ini.
Ternyata.... Sebastian inilah yang kelak akan menjadi kunci dari Belut Penentuan dan Noaki, akan menjadi sosok yang tampil begitu mengejutkan (kejutan ke arah kegembiraan... kepuasan.. sehingga kita mungkin akan tersenyum dan berkata pada sosok Noaki "Aku senang memilikimu sebagai temanku".
Yap.
Dari buku kedua ini aku belajar banyak hal jika ingin menulis sebuah cerita (dalam hal ini cerita anak/novel anak; tapi sepertinya berlaku umum deh):
1. Giring pembaca untuk menyetujui satu hal lewat rangkaian bukti. Jadi, tidak serta merta memberikan keterangan saja. Seperti: dia cerdas. (oke, dia cerdas. Buktinya apa? .. nah... itu tuh yang harus dibuktikan oleh penulis. Dan Ary Nilandari sukses memberikan bukti tentang karakter yang dia munculkan).
2. Pembaca itu suka kejutan. hehehe... terutama aku sepertinya. Aku suka dikejutkan, apalagi kejutan yang membahagiakan. Nah.... jadi jika ada penulis yang berhasil memberi kejutan yang membahagiakan, waaahhh.... seperti sedang makan coklat saja rasanya. Potongan besar, dan dia meleleh perlahan di dalam mulut kita, lalu tiba-tiba toss... muncul pop corn manis.
Ary Nilandari, berhasil mengecohku. Awalnya dia menuturkan sosok Noaki yang kali ini tampil "nggak banget" itu. Tapi, di akhir, dia malah jadi sosok yang pingin rasanya dipeluk.
BTW, ngomong-ngomong soal Noaki; karena aku dan putri bungsuku membaca buku yang sama maka kami bergantian membaca bukunya. Setelah aku menamatkan membaca buku ke 1, dan beralih ke buku 2 ini; tiba giliran Hawna untuk membaca buku ke 1. Dan tebak.... Hawna jadi suka dengan gambar kucing yang digambar oleh Noaki.
Lalu.... tiba-tiba saja dia jadi sering membawa kemana-mana boneka kucing kecil dari flanel yang pernah aku buatkan buat dia ikut market day tahun lalu. hehehe... padahal ini produk gagal, tapi kayaknya karena suka dengan tokoh Noaki jadi Hawna nyari lagi itu boneka gagalnya dan nenteng dia kemana-mana.
Judul Buku: Go, Keo! No Noaki! buku ke 2: Belut Penentuan
Penulis: Ary Nilandari
Cetakan pertama, Maret 2015
Penerbit Kiddo, imprint Kepustakaan Populer Gramedia
Cerita dalam serial ini berpusat pada diri Noaki. Noaki merasa hidupnya tuh berat sekali. Punya ibu yang banyak maunya, suka memberi tugas di rumah. Dan Noaki juga merasa teman-temannya mengandalkan dirinya. Padahal Noaki sendiri merasa hidupnya sudah susah, kenapa juga teman-temannya mengandalkan dia? Ini yang membuat Noaki terus-menerus merasa terbebani dalam berteman dengan teman-temannya dan akibatnya Noaki tanpa sadar jadi sosok yang jutek, gampang naik darah, jarang senyum, susah diajak bercanda.
Keo kebalikannya. Kian hari dia kian menjadi sosok yang disukai oleh banyak orang. Meski dia anak baru di sekolah, tapi dengan cepat dia menjadi populer karena sifatnya yang menyenangkan hati semua orang ini.
Suatu hari, Keo harus kehilangan layang-layang kesayangannya. Layangan itu punya kenangan tersendiri bagi Keo, kenangan yang amat istimewa. Jadilah ke 6 sahabat baru Keo bersatu-padu untuk membantu Keo mendapatkan kembali layang-layangnya tersebut. Lewat apa? Tentu saja lewat rangkaian pertandingan.
Lalu bagaimana dengan Noaki? Dia, yang wajahnya mirip Keo tapi kelakuannya sepertinya kebalikan dari Keo, bisa membantu gak sih dalam pertandingan ini?
Nah.... kalian harus baca cerita ini buat tahu tentang hal ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jadi, apa pendapatmu teman?