Jumat, 16 Agustus 2013

Kau Selalu Di Hatiku (resensi novel Always Be In Your Heart, Pulang Ke Hatimu)

Pernahkah kau mengalami tiba-tiba ada yang hilang dalam hidupmu? Seperti aroma-aroma yang melekat kuat dalam ingatanmu, tapi kau tak bisa menemukan di mana wujudnya?.... Begitu pun aku, perjalanan panjang yang kualami, membuat terlalu banyak aroma dan peristiwa yang menumpuk-numpuk dalam ingatanku. Bercampur, kabur, lalu pelan-pelan hilang. Tapi, di antara semua hal itu, aku tak pernah bisa melupakan Lon. Lon yang menghilang di gelap malam. Lon yang tak pernah kembali saat matahari terbit lagi. Lon yang tak kutemui bahkan hingga bunga kopi berguguran berkali-kali.


Kutipan cerita di atas adalah kutipan dari bab yang aku suka daria novel ini. Yaitu bab terakhir, Epilog dengan judul ROYO. Ketika pertama kali membaca bab ini, tanpa terasa ada sebuah rasa yang menggigit-gigit hatiku dan sesuatu yang menggenang di pelupuk mataku. Ya. Aku tersentuh dengan ungkapan perasaan Royo terhadap Lon. Menerbitkan rasa haru dan lupa bahwa keduanya adalah anjing.

Ada empat tokoh central dalam novel ini, dua diperankan oleh manusia dan dua diperankan oleh anjing. Keempatnya saling terhubung dan saling mencintai tapi akhirnya terpisah karena referendum yang terjadi di Timor Timur dahulu membuat mereka berempat harus terpisah. Marsela dan Lon, mengikuti pilihan ayahnya, Mario, untuk memilih Indonesia dan tinggal di wilayah Indonesia. Sedangkan Juanitio dan Royo, mengikuti pilihan keluarganya untuk memilih Timor Leste dan memilih untuk tinggal di Timor Leste pasca referendum. Di tengah-tengah ke empat tokoh central tersebut, ada tokoh-tokoh lain yang ikut memberi warna tersendiri pada jalan cerita ke empat tokoh di atas, yaitu muncul Randu, dan seorang perempuan portugis yang dekat dengan Juanito. Serta kehadiran sahabat-sahabat Marsela dan Juanito yang kehadirannya tidak bisa dianggap remeh sama sekali. 

Novel ini bukan novel sejarah yang mencatat tentang peristiwa referendum itu sendiri. Tapi merupakan novel romance dimana peristiwa referendum itu hanyalah sebuah alasan ketika sebuah perpisahan harus terjadi. Bahkan meski Marsela dan Juanito saling mencintai satu sama lain sejak mereka masih kecil dan hidup bertetangga, tetap saja perpisahan itu terjadi. Bahkan, meski kedua keluarga yang saling bertetangga itu hidup rukun dan damai sekalipun sebelum referendum, tetap saja keduanya mengalami perpisahan.
Aku (ade anita) sudah ingin membaca novel ini jauh sebelum novel ini terbit dalam judul Always Be in Your Heart, yaitu masih dengan judul aslinya, Viajen, Pulang ke Hatimu; karena sebuah pernyataan dari juri lomba yang dirilis tidak lama setelah pengumuman pemenang lomba novel romance Qanita 2012.

"'Viajen' merupakan jenis naskah yang memiliki keindahan bahasa tulis yang tinggi. Apalagi mengangkat  setting Timor. Ceritanya pun romantis." (Benny Rhamdany, dalam http://www.mizanmag.com/denyut/inilah-kata-para-juri-tentang-lomba-novel-romance-qanita-2012.html#.Ug2pd5LI2cY)

Soal romantis, rasanya tidak perlu diragukan lagi. Penulis, yang kebetulan aku kenal orangnya, memang seorang figur yang lembut dan humble. Juga seorang penyayang binatang. Spesialisasinya sebenarnya menulis Fabel. Itu sebabnya gaya dia ketika menceritakan Royo Dan Lon dalam novel ini benar-benar halus dan dalam. Tidak terasa bahwa yang dia ceritakan itu diambil dari sudut pandang binatang.
Always Be In Your Heart sendiri adalah kisah romantis antara Marsela dan Juanito, yang bersahabat akrab sejak masih kecil. Mereka tumbuh bersama, dan ketika masa puber tiba, mereka tahu bahwa satu sama lain sudah saling jatuh cinta. Lalu seiring dengan bertambahnya usia mereka, rasa cinta itupun kian kuat hingga mereka sepakat untuk menikah. Sayangnya, sebelum rencana pernikahan ini terjadi, konflik yang berkepanjangan di Timor Timur menggiring ke arah Referendum di zaman pemerintahan Presiden BJ Habibie dan kedua belah pihak keluarga inipun terpecah dan berpencar.

Meski sudah terpisah, Marsela ternyata tidak bisa melupakan cintanya pada Juanito dan begitu juga sebaliknya. Hal yang sama terjadi juga pada kedua anjing mereka, Lon dan Royo yang dipungut Juanito dan dibagi dua satu untuk dirawat dirinya dan satu lagi dirawat oleh Marsela. Apakah keduanya akan bersatu lagi? Kalian sudah bisa menebaknya pasti. Jadi, aku tidak akan memfokuskan pada akhir ceritanya. Tapi aku amat merekomendasikan buku ini jika kalian ingin memanjakan mata kalian dengan tuturan kalimat yang lembut dan tenang dan bahasa yang indah. Indah dalam arti sederhana, mudah dimengerti tapi artinya dalam dan diksinya menarik. Bukan bahasa indah dalam arti punya kerumitan tata bahasa dan pilihan kata yang tidak biasa. Dan jagoan saya adalah bab terakhir, Epilog Royo. Duh, tuturan bahasa di epilog ini asli indah dan keren sekali. Bisa menggelitik hati. Membuatnya berdebar lalu menangis haru.

Satu-satunya kekurangan di novel ini adalah, mungkin karena penulisnya adalah penulis muda yang tidak begitu paham bagaimana kondisi di Timor Timur sebelum referendum dahulu. Penulis tidak tahu bahwa Timor Timur itu tidak pernah terlibat dalam perang merebut kemerdekaan bersama rakyat Indonesia lainnya. Timor Timur baru bergabung dengan Indonesia tahun 1976 karena sudah tidak tahan terus menerus mengalami situasi perang saudara di daerahnya sendiri hingga memilih bergabung dengan Indonesia karena berharap pemerintah Indonesia bisa melindungi mereka dari perang saudara tersebut. Itu sebabnya, ada satu lembar tulisan di buku ini yang saya garis bawahi sebagai sesuatu yang mungkin tercampur-campur dalam ingatan penulisnya tentang sejarah dan menjadi rancu jika dihubungkan dengan referendum.

Sesungguhnya, Marsela ingin mengatakan hatinya tidak sedang baik-baik saja. Dia tahu pasti pilihan ayahnya. Dia juga tahu pilihan keluarga Juanito. Bagi ayahnya, sampai kapan pun merah putih adalah pilihannya. Kakeknya dan kakek buyutnya adalah pahlawan yang ikut berperang melawan penjajah. Tak perlu alasan lain bagi lelaki itu untuk cintanya pada Indonesia. Dia hanya ingin menghargai jasa-jasa leluhurnya. Semntara bagi Juanito, tanah ini adalah kelahirannya. Sampai kapan pun dia ingin di sini, membangun impiannya memajukan para petani kopi dan sekaligus ingin mempunyai pabrik pengolahan yang bisa mengekspor ke luar negeri. (hal 70)

Tapi, kekurangan itu segera tertutupi oleh jalinan cerita yang benar-benar memikat. Romantis abis. Tapi tetap sopan dan santun.

"Aku jadi penasaran, setampan apa Juanito-mu itu? Hingga lelaki seperti Randu tak bisa mengusik hatimu?" Itu pertanyaan usil Yoanika suatu hari. Yang dijawab Marsela hanya dengan senyuman. Setampan apa? Apakah cinta adalah ukuran ketampanan dan kecantikan? Ataukah ketampanan dan kecantikan adalah ukuran cinta? Marsela tersenyum. (hal 173)

"Tuhan menitipkanmu pada Apa'. Tapi tidak setiap saat Apa' bia awasimu. Jadi, kamu ingat selalu pesan Apa'. Kamu boleh berteman dengan siapa saja, tapi kamu tak boleh membiarkan seorang pun menyentuhmu. Meski itu hanya tanganmu. Tidak juga Juanito! Dirimu adalah harta untukmu, maka kamu jaga baik-baik harta itu." (hal.26)

Ah. Novel ini benar-benar rekomendasi deh (bahkan untuk bisa cepat-cepat menulis resensinya saja setelah membaca tuntas novel ini aku masih dilanda haru karena suka banget dengan isi cerita dan tutur bahasa novel ini loh). 

saking banyaknya deret kalimat yang aku suka, aku sampai melipat beberapa halaman yang aku suka dan itu bikin novel ini jadi tidak lagi mulus. huhuhu.. ini kelemahanku memang, kalo sudah suka sama sebuah novel, novel itu bakal cepet leceknya. Jadi, kalo kalian ke rumah dan menemukan sebuah novel yang masih mulus.. hm... harus curiga ada apa dengan isi novelnya.. hahahaha


Judul buku: Always Be In Your Heart, Pulang Ke Hatimu
Penulis: Shabrina WS
Penerbit: Qanita (PT Mizan Pustaka)
Keterangan tambahan: Pemenang ketiga Lomba Penulisan Romance Qanita

14 komentar:

  1. Sudah lama pengen beli tapi belum terbeli juga :D
    Btw, aku kalo ada yang aku suka dari buku yang aku baca, aku lebih suka menandai atau menggarisi kalimat-kalimat yang aku suka dengan stabilo. Jadi buku yang kusuka kadang suka warna-wan, xixixii....

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe sami mawin kalo gitu ama aku eky. keren kok bukunya. gak rugi belinya

      Hapus
  2. Wah, De.. Lengkap bget y... InsyaAllah kubeli n kubaca. Txs.

    BalasHapus
  3. Wah, De.. Lengkap bget y... InsyaAllah kubeli n kubaca. Txs.

    BalasHapus
  4. udah lama masuk wishlist tp blum kebeli aja.. baca review mba jd mkn menjadi2 pengennya :D

    klo saya, nanda2in buku yg lg direview pake post it mba..

    BalasHapus
    Balasan
    1. ugh.. amat rekomended deh... nggak nyesel beli buku ini insya Allah

      Hapus
  5. Mbak Shabrina emang keren. Kapan ya kira2 novel ini dibikin lomba resensi

    BalasHapus
  6. uwaaa pengen beli, tapi disini nggak ada. Ke Gramedia jauh banget.
    U mupeng bukunya

    BalasHapus
  7. TQU aq suka banget krn kisah ini jga prnh ku alami..amazing..

    BalasHapus

jadi, apa pendapatmu teman?

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...