Sabtu, 14 September 2013

Ngawurism Theory: Tong Kosong Rumit Bunyinya

Dua minggu belakangan ini, ada sebuah trend yang menarik di dunia maya, khususnya Facebook dan Twitter, serta di group-group Whats app dan Black Berry (dan katanya sih juga di group-group chat lain seperti we chat, line, kakao talk, dll); yaitu sebuah gejalan bahasa yang memparodikan gaya bahasanya Vicky Prasetyo.



Siapa tuh Vicky Prasetyo? Dia ini dulunya pernah mau jadi calon suaminya Saskia Gothic (nah loh, siapa pula Saskia Ghotik? hahaha, ini penyanyi dangdut yang punya goyang yang khas, yaitu goyang itik, jadi kalo disingkat menjadi Gho(yang)-(i)tik = ghoti (k) c. Jadi bukan penyanyi dangdut yang menerapkan cara berdandan a la gothic-ghothic gitu).

Credit title
Gara-garanya sih katanya, Saskia ini ditipu sama Vicky. Jadi Vicky ini ngakunya orang pintar, lulusan amerika, pengusaha dan sebagainya.. padahal sebenarnya tidak punya apa-apa. Hmm, sebenarnya aku gak ngiktuin infotainment sih. Jadi, ketika berita penipuan ini berkembang dan jadi pembicaraan dimana-mana, dengan kekuperanku aku bertanya pada group saudara kandungku di whats app tentang info updatenya... hahaha... penjelasannya seperti ini:

jadi, si saskia ini kenalan sama Vicky ceritanya terus hubungan mereka jadi serius. Nah, si Vicky ngajak tunangan. Saskia galau mau nerima apa nggak karena dia janda dan takut gagal untuk kedua kalinya. Lagi galau gitu ada yang ngirim pesan di BB nya, katanya dari Dewi (artis juga, ngetop katanya) yang nanya:
"Kamu bener ya sekarang pacaran ma Vicky?"
"Duh, kamu tuh beruntung banget dapatin Vicky. Vicky itu orangnya baik, pintar, perhatian, keluarganya juga kaya raya. Bapaknya tuh anggota MPR loh. terus... bla bla bla..." (promo abis tentang Vicky. Nah, saskia jadi merasa tersanjung kan, "gila, beruntung banget gue bisa pacaran ma dia." jadi.. akhirnya bersedia diajak tunangan dan serius ke arah pernikahan).  Lalu, diadakanlah pertunangan dengan acara yang mewah (dimana biaya perhelatan ini memakan dana Rp380 juga; patungan Rp300 juta dari kocek saskia, Rp80 dari kocek Vicky), lengkap dengan cincin berlian dengan mata yang gede (setelah pertunangan bubar, cincin ini pas mau dijual gak laku ternyata karena berliannya palsu) dan diliput oleh banyak media alias ada konferensi press-nya.
Karena heboh pesta pertunangan mewah dan konferensi press ini, maka mulai muncul orang2 di luar skenario Vicky dan Saskia. Pertama, muncul seorang perempuan yang mengaku istri resmi dari Vicky. Terus, muncul lagi anak perempuan dari Vicky yang mengaku anak kandungnya Vicky. Terakhir, muncul  artis Dewi yang ngasi ucapan selamat lewat BBM. Nah, yang terakhir ini yang mencengangkan karena si Dewi ini mengaku dia ngasi ucapan selamat ini untuk yang pertama kalinya dan memang nomor pin BBM dia beda dengan no pin BBM artis Dewi waktu Saskia galau dulu. Jadi.. mana Dewi sebenarnya yang asli?
Usut punya usut, ternyata eh ternyata, Dewi yang pertama itu berasal dari Vicky sendiri yang menulis pesan palsu buat ngomporin Saskia dan Saskia percaya.
Lalu, ditambah lagi dengan kemunculan banyak artis penyanyi dangdut lain yang mengaku pernah jadi korban Vicky.. waaah... lalu muncul gelombang simpati untuk Saskia dari pemirsa hingga akhirnya pertunangan itu pun dibatalkan.

Nah, setelah pertunangan dibatalkan dan bermunculan pengakuan korban "penipuan cinta" Vicky, tiba-tiba muncul juga pengakuan korban penipuan Vicky untuk kasus yang lain. Lengkap sudah. Vicky akhirnya ditahan dan dipenjara oleh POlisi.

Lalu yang tersisa dari kasus heboh ini apa?
Yang tersisa adalah video cuplikan adegan pertunangan Saskia dan Vicky dimana setelah diperhatikan ternyata bertaburan kata-kata ajaib baru.




ini subtitlenya kalo gak bisa ngikutin videonya:

sebenarnya masih ada video waktu Vicky maju jadi calon kepala desa di karang asih yang juga lucu. Tapi, nanti makin berat tulisan ini dibuka, jadi saya kasih linknya saja ya.


dan ini lelucon yang dihasilkan dari tayangan di atas:



Lalu.. mulailah gelombang euforia mengikuti gaya bicara Vicky ini yang dikenal Vickysasi atau Vicky-isme atau Vickybulari. hahaha.. pusing-pusing deh. ini contoh-contohnya:



Nah.... tulisan ini bukan review sama sekali. Tapi sekedar merekam saja apa yang diperbincangkan orang di luar sana saat ini. Karena aku yakin, euforia ini segera akan mereda jadi.. ini semua akan menjadi jejak kenangan yang tinggal jadi sejarah. Suatu hari di masa depan, jika ada gejala serupa, tulisan ini bisa aku buka lagi untuk jadi regerensiku pribadi dalam menulis.
tulisan Goenawan Mohamad dengan judul "VICKIISME DARI MASA KE MASA". 

Hari-hari ini di Twitter orang ramai menertawakan sesuatu yang pantas ditertawakan: bagaimana seorang bernama Vicky Prasetyo berbicara dengan kata-kata asing yang kedengaran keren tapi salah tempat dan salah pakai. Juga dengan kalimat yang jelas maksudnya.
Ada orang yang menganggap sebuah isi pikiran yang "dalam" dicerminkan oleh kalimat-kalimat yang sulit dipahami.
Memang, soal-soal yang kompleks dan dalam (misalnya filsafat, matematika, dan lain-lain) tidak mudah segera dipahami. Tiap kalimat harus diurai, dan tenaga untuk itu tak sedikit. Diperlukan pembaca yang punya daya analitis yang kuat dan siap bersusah-payah.
Tapi rupanya ada yang ingin agar tulisannya terkesan dalam dan orisinal dengan menggunakan kalimat dan istilah yang seperti hutan belukar yang sulit ditembus. Vickiisme jenis ini sejak lama ada. Bukan di kalangan pejabat, tapi di kalangan seniman yang menulis. Coba telaah kembali majalah-majalah kebudayaan Zenith, Seni, dan lain-lain dari tahun 1950-an. Saya pernah tak paham sampai bertahun-tahun sebuah esei Sitor Situmorang di majalah Seni dan beberapa esei Wiratmo Sukito dalam majalah Indonesia.
Di tahun yang lebih belakangan -- seingat saya tahun 1980-an -- ada tulisan-tulisan (misalnya di Kompas) oleh satu dua orang penulis yang ya-oloh ruwetnya. Tapi tidak ada yang berani mengritik atau mencela; takut disangka bodoh.
Hanya sekali tampil sikap yang terus terang. Seorang pastur diminta menulis pengantar sebuah buku dari seorang penulis yang terkenal "ruwet" karyanya. Sang pastur dengan terus terang menulis, ia tak paham apa yang mau diutarakan sang penulis..
Tapi Vickiisme ini menjalar ke kalangan lain. Saya ingat padfa suatu hari di akhir 1970-an atau awal 1980-an Jenderal Ali Moertopo mengumpulkan para seniman dan "budayawan" (kata ini juga tidak jelas maksudnya).
Kami didatangkan ke salah satu dari Pulau Seribu. Di sana, dengan panjang lebar dan dengan kalimat yang tidak jelas arahnya, tanpa teks, Ali Moertopo berbicara tentang "aquakultur".
Kami mencoba menebak-nebak. Tampaknya ia ingin mengaitkan kebudayaan dengan kelautan (maklum, tempat ceramah itu kami dikelilingi laut). Seorang yang hadir berbisik kepada saya, tapi tidak ada yang berani memberi tahu sang jenderal, bahwa "aquakultur" itu tak ada hubungannya dengan kebudayaan, tapi dengan "seafarming". "Kultur" di situ adalah kata yang juga dipakai dalam "hortikultur"....
Jadi: kami tak paham apa yang hendak dikatakan sang jenderal, karena ia sendiri juga tidak paham.
Vickiisme adalah gejala dari tidak bekerjanya daya analitik dalam berbahasa, tetapi lebih dari itu, juga gejala dari sebuah kecemasan: cemas untuk ketahuan bahwa si penulis atau si pembicara mirip tong kosing dengan bunyi yang rumit.
Dan ini tulisan yang lain yang membahasnya:
Untuk rekan-rekan pemerhati Bahasa Indonesia: ------------------------------------------------------Walaupun sambil terkekeh-kekeh, sebagai seorang pengajar bahasa Indonesia, hati saya merasa terpanggil untuk membahas perkembangan bahasa Indonesia saat ini, berdasarkan situasi sosial, plitik, dan ekonomi aktual (cieh!). Seperti telah Anda ketahui bersama, sekarang ini di jaringan sosial media telah terbit kamus baru 'KBBV' (Kamus Besar Bahasa Vicky). Beberapa kosa kata baru yang akhir-akhir ini telah Anda dengar, namun mungkin artinya masih tidak/belum jelas untuk Anda, maka dari KBBV bisa ditemukan jawabannya! (sumber: saya dapatkan dari berbagai media yang tersebar):

Kontroversi Hati
------------------
Arti: Sebuah gejolak hati yang yang bertentangan atau tidak menentu, keadaan yang menggambarkan kebimbangan.
Contoh: Duh, kontroversi hati nih gue. Mending makan ayam atau lele ya?

Konspirasi Kemakmuran
---------------------------
Arti: Sebuah kondisi yang menempatkan kemakmuran menjadi sebuah hal yang hakiki dan sangat diperlukan.
Contoh: Duh, pengin jalan-jalan, tapi enggak punya duit nih. Benar-benar konspirasi kemakmuran nih liburan.

Harmonisisasi
----------------
Arti: Sebuah proses menuju keadaan yang harmonis
Contoh: Kurang kompak nih! Kita harus harmonisisasi.

Mempertakut
---------------
Arti: Membuat situasi menjadi lebih takut
Contoh: Wah belum jera juga nih mereka. Kita harus memikirkan sesuatu untuk mempertakut mereka!

Statusisasi Kemakmuran
----------------------------
Arti: Proses penentuan kemakmuran
Contoh: Kekayaan Amir belum diketahui karena dia belum melalui statusisasi kemakmuran.

Labil Ekonomi
---------------
Arti: Suatu kondisi ekonomi seseorang yang sedang tidak stabil.
Contoh: Aduh gue enggak ikut deh bro, lagi labil ekonomi nih.

Beberapa kependekan/akronim yang mungkin belum Anda ketahui:
--------------------------------------------------------------------------
Gotik = Goyang Itik
SJS = Satu Jam Saja
DPO = Daftar Pencarian Orang
KBBV = Kamus Besar Bahasa Vicky
Preskon =Press Conference

Ada juga berbagai persamaan kata/sinonim baru yang bisa Anda pelajari:
-----------------------------------------------------------------------------------
Hendrianto = Vicky Prasetyo
Surkinah = Eneng = Zaskia Shinta = Zaskia Gotik
Abdul Qadir Jaelani = Dul

Pelajaran sejarah baru:
---------------------------
Di Indonesia, selain dikenal 'Kudeta-G-30S-1965', baru-baru ini muncul juga 'Kudeta-29-My Age'

P.S: Kalau ada kosa kata dan pelajaran tambahan, silakan ditambahkan sendiri dan disebar! 


Terakhir, obrolan saya di status facebook dengan beberapa orang teman:

 Asep Ricky Rayhan mba Ade Anita nih aku dapat statment dari sahabat Timur Laut Ernesto

Sebenarnya Bahasa Vicky mantan tunangan Zaskia itu tidak selamanya salah, minimal bisa dikatakan hanya sedikit sekali yang tidak tepat. Yang membuat ia menjadi banyak dan tidak mengenakkan adalah ; vicky menggunakan diksi yang tidak umum dan meletakkannya pada "kepentingan kata" yang sedikit bergeser dari "maksud" yang ingin disampaikannya ke pendengar. Pergeseran inilah yang fatal, (bagi telinga saya, pergeseran ini bisa saya terima) yang berujung pada kacaunya telinga awam indonesia yang (maaf) agak GABAH (Gagap berbahasa). Bahasa bahasa vicky sangat kerap dipakai di kalangan seniman, sastrawan, intelektual, para penulis populer ilmiah, dan sangat jarang digunakan oleh masyarakat di gang gang sempit, kelompok remaja, masyarakat pop, ibu rumah tangga, 'intelektual baru', dan tentu saja menjadi "selesai" di tangan wartawan infotainment yang cenderung sangat reaktif dalam memvonis, tendensius, gagap juga barangkali , ditambah lagi track record vicky yang akhirnya terungkap buruk, maka "menjadilah" apa yang dikeluarkan vicky menjadi bahan olokan secara total (dalilnya ; rekam jejak sangat bisa mempengaruhi opini). Sangat berbeda ceritanya jika vicky ternyata benar2 seorang pengusaha yang memang ingin ke "muenchen" atau punya proyek irigasi di sudan, atau pernah punya skandal bagus dengan "taylor swift", tentu vicky akan jadi trendsetters positif. Selain itu kelemahan vicky terletak pada "pemaksaan berbahasa" yang terkesan memang dipaksakan untuk mengejar "rating intelektualitasnya". Yang terakhir harus kita maklumi bisa jadi karea "eforia kondisi batin" Vicky yang sedang menggebu2 oleh sebab "kudeta hati" yang dilakukannya berhasil hingga "lantai pertunangan", atau karena vicky agak labil dalam situasi dialog itu karena "dipertakutkan" oleh situasi DPO nya yang mulai mengintervensi karena berhadapan dengan kamera, atau entah oleh apa, yang jelas saya positif menilai vicky, masih wajar, toh bahasa adalah penemuan, akumulasi dari segenap pertimbangan, tak ada salahnya vicky dipertimbangkan, bukan dijatuhkan hanya untuk kepentingan sensasi. Vicky telah memulai memakmurkan bahasa di kalangan sosial, dan dengan bangga saya berani melabelnya sebagai "sastrawan sosial" yang kebetulan tidak beruntung, tetapi ia berhasil "memicu gejala". Selamat Vicky...
Asep Ricky Rayhan ini lanjutan nya lagi...

kemudian saya baca "vonis-vonis sepihak" di dunia maya, mengenai ini. Kecuali pidato vicky berbahasa inggris, itu diluar studi saya. Komentar2 yang bermunculan semakin membuat saya miris. Misalnya " Vicky juga melontarkan kosakata baru yang sebelumnya tidak pernah disebutkan orang. Baik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) atau bahasa gaul yang biasa dipakai sehari-hari. Sebut saja kata "kontroversi hati", "statusiasi kemakmuran". , "Labil Ekonomi" (hahahaha) saya tersenyum. Benar, anda tidak akan temukan dalam kamus bahasa indonesia kata-kata seperti ini, sesungguhnya bahasa terus menerus ditemukan, istilah - istilah bermunculan kemudian "dikodifikasikan" meminjam istilah hukum yang bisa kita baca sebagai pelegalan. Frasa-frasa seperti "labil ekonomi" yang dalam amatan saya bisa digolongkan pada "prokem sastra" karena ada pembauran antara bahasa ilmiah dah bahasa pop gaul. Pembauran ini menjadi menarik, dan hal seperti ini sering dilakukan para budayawan, penulis, sastrawan dalam mengemukakan istilah - istilah baru untuk demi keindahan bahasa dan luasnya khazanah berbahasa. Tentu saja di kalangan tertentu, termasuk saya, istilah "kontroversi hati" bukan kata kata serampangan yang bisa kita hadirkan selintas berpikir, ini diksi yang kuat, dan menjadi tidak asing oleh istilah ini. Malah bisa saya katakanb betapa kayanya bahasa kita. "mempertakut" ................. oh luar biasa sastra vicky ini, oh kantong seret, "labil ekonomi". Dan............. kebetulan sebagaian besar telinga dan lidah orang indonesia masih asing berbahasa sendiri, atau sangat kurang mengerti apa definis sastra, maka hal hal seperti ini menjadi aneh di telinga indonesia, menurut saya....... saatnya manusia indonesia memsti membuka cakrawala berpikir seluas-luasnya.

Ade Anita Di kalangan ibu2 kalangan sosialita konon kabarnya bahasa gaul mereka juga campur2 antara bahasa inggris -indonesia-bahasa banci- dan beberapa ungkapan bahasa daerah. Sepertinya gaya bahasa kalangan sosialita ini kemudian diusung oleh para penulis metropop dalam menulis novel2 mereka. Jadi untuk pemakaian bahasa yang agak aneh dan tidak lazim menurutku sih sudah berkembang duluan untuk 'melabilkan' bahasa indonesia kita...hahaha...
7 hours ago via mobile · Like
Ade Anita Tapi emang gak ada usaha pemaksaan makna bahasa selama ini menurut ku jadi semua masih enjoy aja menerimanya. . Bahkan bahasa banci juga tidak terjadi pemaksaan makna loh.. kayak endang gulindang dandang untuk bilang enak ..kita masih ngerti karena ada persamaan akhiran dang dan penempatannya dalam kalimat juga pas.
7 hours ago via mobile · Like
Fauziah Fachra No comment lah, aq harus jujur bilang, membayangkan kalimat2 vicky langsung ada yg bergerak2 di tenggorokanku, makanya aq pernah bilang, kalau euforia itu terus berlangsung, lbh baik aq deactive akun, ketimbang aq buka FB lalu,, maaf v***t dpn layar androidku. Menghargai bhs Indonesia adalah dgn cara menggunakan dan menempatkannya secara tepat, bukan dengan merumitkannya hny untuk dibilang intelek
4 hours ago via mobile · Like
Dhani Pratiknyo Aku tidak ahli dalam hal ini De..tapi menurutku dalam banyak kalimat Vicky suka sekali memasukkan kata kata yang tidak perlu, berlebihan dan cenderung dipaksakan.Tapi apa pun, itu juga bukan pembenaran untuk menirunya dan memakainya buat lucu lucuan.Aku suka menulis apa yang orang katakan sebagai puisi atau prosa liris, tapi itu pun dalam pilihan katanya kupikirkan benar benar agar paling tidak, bukan hanya aku yang memahami maksudnya.Dan sepertinya itu berhasil untukku.
Ade Anita Fauziah Fachra: iya, aku juga gak suka dengan demam vickysasi.. ya itu tadi, bikin bingung orang yang sedang belajar berbahasa. mana maksa lagi penyisipannya. Btw, aku nggak sampe mau deaktif akun fb sih.. hahaha.. gimana mau deaktif kalo wabah vickysasi ini juga sudah merambah ke group2 di whats app dan twitter... masa iya semuanya mau di deaktif semua.. waduh.
2 hours ago · Like

Ade Anita Dhani Pratiknyo: nah itu dia.. dipaksakan. bener.. yang bikin kita kesal karena dipaksaiin istilah2 itu untuk berpadan dengan kata yang kurang tepat dipilihnya. hahahahaha... lucu asli emang untuk ditertawakan.. sampai sekarang aku masih bisa mentertaw...See More
2 hours ago · Like · 1

Yeni M Sucipto Sebagian kata-kata Vicky diapresiasi Joni Ariadinata, sastrawan terpandang sebagai syair kreatif. Misal "Kudeta Hati', 'Konspirasi Kemakmuran" itu bukan kata-kata yang merusak. Semua kata baku dan ada di KBBI. Jadi, jangan terlalu over deh, kesal sama Vicky
2 hours ago · Unlike · 2
Yeni M Sucipto Apa bedanya 'kudeta hati' dengan kalimat sastra seperti 'perempuan itu bermahkotakan rembulan'? misalnya?
2 hours ago · Unlike · 1
Ade Anita waahh.. dah dua ya apresiasi positif dari sastrawan kalo gitu Yeni M Sucipto.. dari Timur Laut Ernesto dan Joni Ariadinata... perluasan dari bahasa mungkin ya ini...
2 hours ago · Like
Yeni M Sucipto Iya mbak Ade Anita... bagi penganut 'pembebasan makna dari bahasa', vickisme ini mungkin bagian dr fenomena yg mereka sukai.
2 hours ago via mobile · Like
Yeni M Sucipto Klo soal campur aduk dg bhs inggris aku juga gak sreg mbak Ade Anita... tapi bbrp frasa yg ditawarkan cukup kreatif kukira. Dan ketimbang memakai bahasa alay, sebagaian frase vikcy menurutku unik.... maknanya emang bukan lagi denotatif, tetapi sudah konotatif lagi. IMHO
Ade Anita apakah itu berarti bahwa dalam berbahasa kita diberi kebebasan untuk mengembangkan bahasa yang sudah resmi ada ya? Karena sama seperti bahasa prokem atau bahasa banci atau kaum sosialita yang aku sebut di atas itu tadi... waktu awal2 aja kkita mengerutkan kening mendengarnya tapi pada akhirnya dah biasa banget ketiga bahasa itu didengar di telinga bahkan mungkin diabadikan dalam banyak tulisan...
2 hours ago · Like · 1

Ade Anita Asep Ricky Rayhan, Faradina Izdhiharydua Istiqomah..
2 hours ago · Like

Yeni M Sucipto Kita memiliki bahasa formal, bahasa ilmiah, bahasa sastra bahasa prokem dll... dan itu sebuah fenomena yg tak bisa dibendung. Yang penting menurutku, berbahasalah sesuai konteksnya. Kalau artikel resmi, ya bahasanya kudu denotatiff--bahasa yg tak menim...See More
2 hours ago via mobile · Unlike · 1

Ade Anita jadi inget permintaannya Eni Martini kemarin-kemarin agar jangan lupa menulis "ini masalah selera, dan seleraku adalah" jika ingin menulis sesuatu yang terkait dengan buah fikir dan buah karya orang lain... sip.. noted.
about an hour ago · Like
Yeni M Sucipto Kalau mau bicara kerusakan bahasa, penggunaan judul inggris di novel2 kita yg berbahasa indonesia, bagi sebagian pegiat bahasa yg konsetvatif, itu udah perusakan parah. Dan... karena bbrp buku saya judulnya inggris, saya juga termasuk perusak bahasa haha. Mungkin ada juga yg sebal dg gaya2 penulisan spt saya....
about an hour ago via mobile · Like
Ade Anita hehehehe.. itu pasti bukan aku.. karna aku suka gaya menulismu... karakternya lembut dan perempuan banget... sesuatu yang pingin aku ikuti

Yaaa... begitulah... tulisan ini saya tutup dengan komentarnya teman saya, Mbak Endang Moerdopo ya:

Endang Moerdopo bener kalau itu ya ... pepatah yang juga jadi ikutan ruwet yang kubaca pagi ini tadi... 'TONG KOSONG RUMIT BUNYINYA...." astaga... NGAWURISM THEORY...

2 komentar:

jadi, apa pendapatmu teman?

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...