#tantangan-31-hari-bikin-resensi-buku: hari
Pertama
Kalau sedang jalan-jalan ke Mall atau tempat hiburan atau museum
gitu, pernah gak ketemu sama bule alias orang-orang barat yang memiliki mata
berwarna biru, kulit putih pucat, tinggi dan rambutnya pirang.. dan.. oh, satu
lagi, hidungnya mancung? Penampilan mereka biasanya selalu terlihat menarik ya.
Kayaknya, mereka pake apa aja pada akhirnya terlihat keren dan pantas-pantas
saja. Beda dengan orang Indonesia, yang kalau salah kostum dikit malah jadi
kelihatan norak dan lebay.
Nah, kalau lagi iseng nih, terus kita perhatikan si bule yang
sering menggandeng perempuan Indonesia, percaya nggak sih jika dikatakan bahwa
itu bule dan itu perempuan Indonesia yang sedang berpacaran murni hanya jalan
bareng, atau paling jauh duduk dampingan nonton film bioskop aja? Ihh, kayaknya
sih banyak yang nggak percaya deh. Pasti deh mikirnya gaya pacaran mereka udah
jauhhhh banget alias udah tidur bareng. (iya, terus poin lo apa De nulis ginian?
mm.... iya sih... gak ada poin penting. Cuma pingin nulis iseng aja gara-gara
hari ini baru saja menyelesaikan baca novelnya Rina Suryakusuma yang judulnya
Lukisan Keempat).
Aku lagi mencoba mempelajari gaya penulisan novel-novel Amore
terbitan Gramedia ceritanya. Kali ini, santapan novel pertamaku adalah Lukisan
Keempat-nya Rina Suryakusuma. Bercerita tentang Natasya Petra Rahadian, seorang
perempuan Indonesia yang memiliki kecantikan yang sempurna dan beruntung
diterima sebagai pramugari di sebuah maskapai penerbangan internasional paling
bergengsi, Corissa Airlines.
Natasya memiliki tiga fase kehidupan, yang menjadi tiga lukisan
kehidupan dalam kehidupan Natasya, yang tanpa sadar telah membentuk
kepribadiannya menjadi sosok yang sedikit trauma keputusan untuk menjalin cinta
dengan lelaki. Natasya akhirnya bersumpah tidak tidak akan jatuh cinta lagi
kecuali... dia menulis tiga buah syarat yang rasanya nyaris mustahil untuk
terjadi.
Hingga akhirnya Natasya bertemu dengan Craig Hayden, seorang
penumpang Corissa Airlines yang amat menyebalkan. Jika Natasya begitu membenci
Craig Hayden, dan ditambah dengan sumpahnya untuk tidak akan jatuh cinta lagi,
maka sebaliknya Craig Hayden malah jatuh cinta pada Natasya dan bertekad untuk
membuat Natasya bersedia menerima dia sebagai kekasihnya. Gimana caranya? Baca
sendiri deh di novel ini.
Novelnya gak tebal kok. Ada 215 halaman. Jadi lumayan masuk ke
dalam kantong saku celana panjang.
Oke. Ada beberapa kelemahan dalam novel ini nih menurutku. Yaitu:
1. Gambaran miskin-nya yang apa ya... nih.. baca sendiri deh:
"Bagaimana, Nat? Mau?""Tidak," geleng Natasya dingin."Daripada naik taksi," desak Edward. "Ayolah, Nat!""Tidak, terima kasih.!"Huh, jelas lebih mending naik taksi daripada naik X-Trail Edward itu.Natasya memang tidak bisa naik mobil kemana-mana seperti teman kuliahnya yang lain. Mobil keluarga mereka hanya satu. Itu pun hanya Livina. Dan sekarang mobil itu dipakai Mama untuk pergi ke kantor. Jelas Mama lebih penting dan lebih berhak naik mobil tersebut. Mama adalah sumber berkat di keluarga mereka. Kalau tidak ada Mama, Natasya dan Veracica tidak bakal bisa makan. (hal: 29)
2. Ini juga nih. Gambaran miskin yang terasa grenyem-grenyem
gimana gitu. Baca sendiri ya:
Sepersepuluh gajinya ia persembahkan bagi Tuhan. Dan sebagian lainnya ia kirimkan untuk Mama. Buat tabungan Mama supaya bisa membeli mobil yang lebih bagus. Dulu Kijang mereka terpaksa digadaikan agar bisa membayar uang pangkal kuliah Natasya. Dengan sisa uang yang ada, untunglah Mama masih bisa membeli mobil kecil yang lebih murah untuk transportasi ke kantor. Ternyata, sampai batas waktunya pun Kijang itu tidak berhasil ditebus karena gaji Mama selalu habis untuk membiayai hidup dan sekolah Natasya dan Veracica.(hal 58)
Aku sampai menanyakan ke saudara saya, berapa harga mobil Kijang
dan harga mobil Livina itu sebenarnya. hahahahha.
Nggak habis pikir aku, jika memang tidak mampu, kenapa harus maksa
beli mobil sih? Kenapa gak naik kendaraan umum saja? Atau beli motor deh yang
lebih mobil dan irit bahan bakar dan pasti lebih murah harganya? Ketika saya
ceritakan hal ini pada saudara saya, saudara saya bilang,
"Itu tuh ibarat kata, kaya orang yang menggerutu karena
setiap hari cuma bisa beli ayam KFC padahal dia maunya makan steak. Orang itu
gak pernah tahu bahwa ayam tepung yang enak itu ada juga yang merek lain yang
lebih murah selain KFC. Tapi, ayam KFC sendiri buat orang kebanyakan malah
masuk makanan mewah jika dibeli setiap hari."
3. Itu hal yang terasa mengganjal di novel itu. Point
berikutnya yang terasa mengganjal adalah, keberanian penulis untuk
mendeskripsikan gaya pacaran a la barat. Duh. Ini nih yang bikin aku bikin
judul resensi untuk novel ini rada-rada sotoy jadinya. Karena asli gaya
pacarannya Natasya yang menganut faham "One Night Shoot " bikin
aku deg degan membayangkan jika saja novel ini dibaca oleh para remaja kita.
Nah loh. Terlebih ada penegasan tidak langsung di novel ini bahwa "kalau cinta, buktikan dong lewat elo rela ngelakuin keintiman lebih lanjut." (ini kesanku ketika baca novel ini)
Deg-degannya aku itu lalu aku redusir dengan logika, "Makanya
jangan pacaran dengan Bule. Karena pacaran dengan Bule pasti deh ujung-ujungnya
tidur bareng alias free seks." Ya, karena si pramugasi sempurna Natasya ini pacarnya bule terus. hehehe.
Sekarang hal-hal yang menarik dari novel ini ya.
Aku menggaris bawahi beberapa quotes yang ada di novel ini. Buatku ini menarik karena berani melawan arus yang beredar di masyarakat jaman sekarang (dimana makin banyak istri yang menggugat cerai suaminya):
"Nat, kalau kamu sudah setua Mama, kalau kamu sudah menikah cukup lama dengan seorang pria, dan kamu mengetahui suamimu dekat dengan wanita lain," Mama menggeleng lelah, "jangan langsung mendiamkannya. Jangan memberinya palang pintu. Jangan marah-marah atau menjawabnya dengan dingin dan angkuh. Ingat perkataan Mama hari ini. Kalau suatu saat suamimu selingkuh, tetaplah tersenyum. Tetaplah berhias. Tetaplah bersikap baik. Tetaplah tunjukkan rasa sayangmu padanya...." (hal 170)
"Biarpun mungkin hatimu terluka karena kegagalan cintamu pada seseorang, tapi percayalah pada Mama, rasa itu lebih berharga daripada ketika hatimu hampa. Tanpa mencintai, kamu tidak akan tersakiti, namun kamu juga tidak akan pernah bahagia. Apa artinya hidup kalau begitu, Nat?" (hal 172)
Selain itu, aku juga suka dengan gaya Rina yang menulis cerita
novelnya dengan konflik yang sederhana tapi gak terasa dangkal. Aku juga suka
dengan gambaran apa itu cowok macho di novel ini (aku satu selera sama penulis
novel ini sepertinya untuk yang satu ini). Dan terakhir, aku juga suka karena
tuturan kalimat di novel ini tidak jelimet-jelimet aja. Tidak puitis memang,
juga tidak romantis, tapi kita bisa cukup menikmati setiap baris kalimatnya.
Sudah. Demikianlah resensi ini aku buat.
Judul: Lukisan Keempat
Penulis: Rina Suryakusuma
Penerbit: Gramedia (amore)
Tahun terbit: Februari 2010
Jumlah Halaman: 215 (belum termasuk judul dan keterangan penulis)
--------------
Penulis: Ade Anita
resensi yang jujur...hehehhe
BalasHapusIya yah.. tapi ya emang itu kesan yg aku dapat setelah baca novel ini sih
HapusSiiip...
Hapus:)
hehehe.. definisi miskin gitu ya? yg nls ga prnh ngrasain hidup pas2an kali ya :D
BalasHapusNah...emang..itu yang akhirnya singgah di kepalaku setelah baca novel ini.
Hapuswah...keren ni buku
BalasHapusLumayan ringan bacanya
Hapusyang nulis kayaknya high class yaaa.. lebih high dari mba Ade :D
BalasHapusWaahhh... emang aku high? Tinggiku cuma 166 kok :D
HapusWah, miskin banget ya mak.... kelasnya baru bisa makan KFC tiap hari padahal pengennya steak tiap hari..... ckckckck... kasihan.
BalasHapusBagus sekali jika kita mencermati sebuah cerita ketika membaca dan melihat sampai dimana definisi penulisnya tentang apa yg ditulisnya.
Kalo saya sih ga percaya kalo pacaran dgn bule harus free seks. kalo itu, bule & pacarnya yg sudah "sakit". Pernah kok dipinang 1 bule beberapa kali, dan setelah terpaksa mengiyakan, dia super sopan. Malah lebih menghargai wanita daripada pria Indonesia "yg sakit". Pegang tangan saja ijin dulu. Apalagi yg lainnya.
Dari awal aku bingung pas penulis nulis tokohnya miskin dibanding teman2 yang lain. Semiskin apa? Tapi karena patokannya mobil yaaa... berarti universitas dimana si tokoh kuliah bukan universitas negeri dimana kalangan tanpa mobil bisa santai berbaur dengan yg punya mobil kukira. Cuma di universitas kalangan atas aja yg gak punya mobil dengan harga di atas 200 juta bakal minder. Jadi..ya itulah perumpamaan yg pas utk kondisi miskin yg dimaksud oleh penulis kayaknya.
Hapushehe, iya, mba. aku pernah baca buku ini ga sampe kelar karena merinding liat deskripsi keintiman hubungan mereka. heuheu. ga minat ngelanjutin bbaca deh. :| klo definisi miskinnya aja begitu, gimana persepsi yang baca ya? aku ngerasa buku amore sepertinya memang ditujukan untuk kalangan high aja.
BalasHapusKeputusan tepat Ila. Aku yang udah menikah aja gimana gitu rasanya..hahhahaha..untung aku dah nikah jadi bisa menghampiri suamiku.
Hapussy bosan baca novel yg seperti ini, namun jika ditemani secangkir kopi dan beberpa bungkus cemilan lain lagi ceritane.hihihihi
BalasHapusAku malah sekarang lagi mempelajari penulisan novel genre ini.
HapusOwh, owh...
BalasHapusSebenarnya hal ini ada benarnya walau saya gak tahu kalau di luar sana ada yg pacaran dg bule dan gak ikutan alur free sex.
Saya beberapa kali gagal pacaran dg bule krn saya say no to free sex dan lagi meski jelek2 begini saya menjunjung tinggi nilai agama dan adat timur.
eh... berarti bener ya kalau pacaran sama bule pasti ujungnya diajak buat tidur bareng? (*malah ngajak ngerumpi)
HapusTadi ke sini sudah komen panjang, baru enter eeh laptop mendadak mati.
BalasHapusNgomong-ngomong mungkin itu miskinnya orang kaya ya Mbak.
:)
nah.. itu dia... aku juga menyangkanya seperti itu sih. Jadi untuk kalangan orang kaya, cuma punya mobil Livina itu berarti miskin.
Hapuskalo aku makan ayam ditempat seperti itu ujung2nya suka ngitung mbak, aku sering bikin sendiri ayam goreng tepung seperti itu harganya murah hehehe. Ya ampun kalo punya mobil kijang sih ukurannya bukan miskin kali ya :)
BalasHapusklo menurut saya punya pacar bule atau dari ras manapun. semua kembali ke pribadi masing2. saya punya pacar bule dan dia sangat sopan dan menghargai saya. beberapa orang memang beranggapan kami pasti sudah melakukan freesex. tapi klo saya cuek saja, apapun kata orang, selama itu tidak membangun, saya memilih untuk menjadi budeg. hehehe..
BalasHapusEmang boleh ya Pacaran?
BalasHapushati-hati deh untuk para wanita :)
BalasHapus