Kamis, 03 Oktober 2013

Ghost Story: Horor Yang Tidak Seram

#31haribikinresensi hari ke 2

Siapa di antara kalian yang pernah melihat hantu?
Saranku sih: jangan pernah deh berharap untuk bisa melihat penampakan hantu. Bener deh. Asli seram! Temanku ada yang mendapati dirinya ternyata punya kemampuan bisa melihat penampakan hantu. Walhasil, dia menjadi takut sendiri. Hidupnya jadi "terkadang" dicekam ketakutan. Bayangkan saja jika malam-malam dia ingin minum, eh, nggak tahunya begitu keluar kamar di sekitar meja makan ternyata ada wujud hantu-hantu yang sedang mengadakan kenduri di seputar meja makan tempat gelas yang harus dia pakai berada. Tuh. Jadi serba salah sendiri kan? Mau minum, waduh, nggak mungkin banget deh. Mau batal minum dan kembali tidur, aahh.. dijamin dia pasti sudah nggak bisa tidur lagi sampai pagi.


Nah, di novel yang berjudul "Ghost Stories" ini, Charles Dicken bercerita tentang orang-orang yang dikaruniai kemampuan untuk bisa melihat penampakan para hantu. (hayooo... jangan buru-buru batal baca tulisan ini ya. Ini bukan tulisan horor kok. Sama seperti novel ini yang ternyata... BUKAN NOVEL HOROR.

Ya. Aku kecele banget baca novel ini.

Jujur saja, pernah suatu hari, setelah aku bertemu dengan sahabatku yang kebetulan bisa melihat penampakan makhluk dari dunia lain, aku jadi penasaran dan pingin baca cerita horor (horor hantu ya, bukan horor sadisme). Nah, di toko buku, kebetulan waktu itu novel Charles Dicken ini diletakkan di meja deret "buku-buku terbaru". Wah. Dari judulnya, aku langsung kepincut pingin beli. Malah, saking noraknya aku sampai memamerkan buku yang baru kubeli ini pada teman-teman di sebuah group (group Be A Writer). Beberapa teman ada yang langsung menulis mereka tidak mau mendengar laporan bacaanku. Sementara yang lain ada yang jadi penasaran seseram apa novel ini. Jadi, aku pun semakin semangat untuk membacanya.

Ada tiga cerita yang berbeda dalam novel ini. Jadi, bisa dikatakan novel ini merupakan kumpulan dari tiga novelet. Yang pertama berjudul "Kidung Natal", yang kedua berjudul "Anak yang memimpikan Bintang" dan yang ketiga berjudul "Lelaki yang dihantui dan Penawaran Sang Hantu". Ketiga judul tersebut, sama sekali tidak seram ya.  Tapi isi ceritanya dong.... sama ternyata; tidak seram juga.
Wuaaaaa.... Aku nyaris merasa "tertipu".

Jadi, dalam tiga cerita novellet tersebut, hantu-hantu yang ada di ceritanya itu adalah hantu-hantu yang baik hati. Hanya saja, memang penampakan hantu-hantu itu ya menyeramkan memang. Ya namanya juga hantu ya. Hantu yang cantik itu ya Cuma si manis dari jembatan Ancol saja kukira. Hantu yang lain sih... yaa...  mau berharap apa lagi coba?

Kenapa cerita di novel Horor Charles Dicken ini tidak seram? Karena:

1. Charles Dicken terlalu banyak memberikan deskripsi pada keterangan yang bukan keterangan utama dalam kalimat-kalimat panjangnya. Jadi, kita sebagai pembaca jadi kehilangan moment seram. Bayangkan saja jika sebelum masuk arena Rumah Hantu yang ada di taman bermain misalnya. Kita diminta untuk mendengarkan dahulu pidato kenegaraan dari Presiden RI. Barulah setelah Bapak Presiden membacakan paragraf terakhirnya, kereta yang kita naiki berjalan perlahan memasuki lorong rumah hantu. Yaaa.... udah berani duluan kan kitanya. Karena moment seramnya sudah keburu menguap gara-gara menyimak pidato kenegaraan tersebut (duh, maaf ya bapak presiden, pinjem namanya sebentar).
2. Ternyata eh ternyata... hantu-hantunya ini tidak punya niat untuk menyesatkan manusia.
3. Aku jadi sangsi; sebenarnya Charles Dicken itu pernah melihat penampakan apa tidak sih? Sebab, dia menurutku gagal deh menegakkan bulu remangku ketika mendeskripsikan hantunya (ih, sok tahu banget ya gue pake ngasi kritik buat penulis legendaris terkenal sekaliber Charles Dicken. Maafin aye ya om Charles).

Nah, dari ketiga novelet ini kisah yang paling aku suka adalah kisah keduanya, yaitu Anak yang memimpikan bintang. Kisah ini asli manis banget. Aku suka berat dengan cerita yang satu ini. 

Ini cuplikannya yang menurutku amat manis sekali penuturannya:

Dulu, hiduplah seorang bocah lelaki yagn gemar berkelana dan merenungkan banyak hal. Bocah itu memliki seorang adik perempuan yang selalu menemaninya. Dua anak itu selalu berkelana dan mempertanyakan  banyak hal sepanjang waktu. Mereka mempertanyakan keelokan bunga-bunga di hutan;  mereka bertanya-tanya tentang tinggi dan birunya angkasa; mereka mempertanyakan kejernihan dan dalamnya riak sungai; mereka mempertanyakan semua keagungan dan kekuasaan Tuhan Pencipta Alam Semesta.
Kadang, mereka bertanya kepada diri mereka; seandainya semua anak di seluruh jagad raya ini mati, akankah bunga-bunga, sungai-sungai, dan langit akan bersedih? Mereka berdua meyakini bahwa alam semesta akan menangis. Karena menurut mereka, kuncup-kuncup di sela ranting adalah anak bunga, gemericik air yang merembes dari pegunungan di hulu akan menjadi anak-anak sungai di hilir; dan kerlap kerlip titik kecil yang bertebaran di langit malam, pastilah anak-anak bintang; mereka semua pasti akan menangis ketka melihat teman bermain mereka, anak-anak manusia, mati (hal. 118).

Tuh. So sweet banget ya penuturannya. Inilah kelebihan yang paling menonjol dari novel ini hingga membuatku memaafkan rasa tertipu karena tidak mendapatkan suasana seram dan mencekam dari sebuah novel yang kukira novel horor, karangan Charles Dicken.

Dan aku suka dengan petikan berikut yang berasal dari cerita ketiga (Lelaki yang dihantui dan penawaran sang hantu):

Si Hantu yang sebenarnya hanyalah penjelmaan dari pikiran-pikiran kelamnya sendiri dan Milly adalah perwujudan dari kebijakannya sebagai manusia. (hal. 255)
Tuhan, jangan membuatku lupa. (256)


Judul Buku: Ghost Stories
Penulis: Charles Dickens
Penerbit: Wahyu Media
Tahun terbit: 2012
Jumlah halaman: 256


---------------
tulisan ini diikut sertakan dalam tantangan #31hariberbagi cerita 

11 komentar:

  1. kalimat kutipannya manis ya, ternyata yang judulnya pake Ghost malah gak serem ya, sama kaya' film Ghost-nya Demi Moore dulu malah romantis abis n bikin nangis, hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. waahh... iya film ghost... itu masa keemasan demi more, dia cantik dan imutttt banget di film itu.

      Hapus
  2. Satu lagi film hantu yg girisnya minimum, dan menimbulkan empati maksimum. Film the other. Kasian si nichole kidman yg jadi hantu ke ge er an abis ngerasa dihantui manusia

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh... aku belon nonton... cari deh nanti dvdnya

      Hapus
  3. kalao dibaca dari reviewnya mbak Ade, jdudul novelnya agak menipu ya mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya.. menipu banget.. sama sekali gak seram ceritanya

      Hapus
  4. Indah yah kata-kata dari kutipannya ituh..

    saya lebih suka cerita yang begini mbak, dikira serem ternyata nggak. Ngetwist brarti dong, (endingnya nggak terduga) #emangnya FF :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah.. masalahnya dari awal aku beli ini novel karena ngarepin nemu cerita seram.. hahaha... nggak tahunya nggak ketemu...

      Hapus
  5. Tadi mau baca ragu. eeeeh saya suka kutipan ituuu. Bagus ya.
    Ngomong-ngomong di manxmouse juga ada bagian hantu yang nakut-nakuti Manx, tapi karena Manx nggak takut akhirnya ya gak jadi serem, gak jadi takut, karena ketakutan itu berasal dari pikiran. #mirip ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya miripppp.. (buku Manx adalah next buku yang mau aku resensi ah)

      Hapus
  6. hehe, kebayang aja pas mau adegan seram malah dengerin pidato. qiqiqi. ga jadi takut, mba adeee :D

    BalasHapus

jadi, apa pendapatmu teman?

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...