Berikut ini adalah Review
Novel Yang Tersimpan di Sudut Hati: Berdamai dengan Takdir yang dibuat oleh Rahmah Chemist.
Rahmah Chemist ini seorang blogger yang tinggal di Surabaya sana. Tulisannya selalu lugas dan tegas. Itu sebabnya gaya menulis yang dimiliki Rahmah memiliki sebuah kekhasan tersendiri buatku. Apa yang terlihat itu yang dia katakan. Bisa jadi ini disebabkan karena latar belakang pendidikannya adalah ilmu pasti sehingga dia menerapkan dengan baik "what you see is what you get". Nah, penasaran bagaimana kesan-kesan seorang Rahmah setelah membaca novelku? Ini dia tulisannya:
--------------
Rahmah Chemist ini seorang blogger yang tinggal di Surabaya sana. Tulisannya selalu lugas dan tegas. Itu sebabnya gaya menulis yang dimiliki Rahmah memiliki sebuah kekhasan tersendiri buatku. Apa yang terlihat itu yang dia katakan. Bisa jadi ini disebabkan karena latar belakang pendidikannya adalah ilmu pasti sehingga dia menerapkan dengan baik "what you see is what you get". Nah, penasaran bagaimana kesan-kesan seorang Rahmah setelah membaca novelku? Ini dia tulisannya:
--------------
Menguras keinginan untuk travelling ke
Sumatera Selatan. Hal yang mencuat setelah menyelami setiap kisah yang
dituturkan Ade Anita dalam novel islami berjudul Yang Tersimpan di
Sudut Hati. Novel yang sebenarnya tak hanya islami tetapi membangun sebuah
kepekaan akan memaknai setiap takdir dalam hidup ini. Takdir yang setiap
manusia harus berdamai dengannya.
Penulis: Ade Anita
Penerbit: Quanta (imprint PT. Elex Media Komputindo)
ISBN: 9786020221120
Sampul: Soft Cover
Editor: Linda Razad
Ukuran: 11 X 18
Tebal: 456 halaman
Penerbit: Quanta (imprint PT. Elex Media Komputindo)
ISBN: 9786020221120
Sampul: Soft Cover
Editor: Linda Razad
Ukuran: 11 X 18
Tebal: 456 halaman
Solasfiana dikisahkan sebagai anak tertua dari 3
(tiga) bersaudara. Lahir dari keluarga yang “sebenarnya kaya”. Tangguh, cerdas
dan smart menjadi perannya dalam perjalanan hidup seorang anak
manusia di daerah Sumatera Selatan. Ada panggilan yang sejatinya terlalu dini
baginya untuk mengayomi adik-adiknya, Marsya dan Isfahan. Namun, sikap
tangguhnya harus mengatakan “iya” dengan panggilan tersebut.
Sofyan sendiri adalah sosok teman kelas
Solasfiana yang juga cerdas dan smart.Memupuk rasa cinta pada diri
Solasfiana namun belum sempat terucapkan hingga sebuah takdir mengubah keadaan.
Solasfiana bersama Mak Pinah (ibunya) dan kedua adiknya
harus terusir dari kampung halamannya sepeninggal Aslam (ayahnya) dan Nek Nang
Bayumi (kakeknya, ayah Aslam). Fitnah yang tertuju pada keluarga Solasfiana
sudah tidak bisa ditolerir oleh penduduk kampung sehingga harus pergi.
Berkelana mencari tempat untuk kembali memulai merajut asa demi asa bagi diri
dan keluarganya. Bangkit dari segala hal yang “tidak mungkin” hingga membuahkan
hasil yang maksimal.
Fitnah yang sama sekali tak pernah diterima oleh akal sehat
Solasfiana dan keluarganya. Sebab mereka sangat yakin bahwa melakukan praktek
santet atau sejenisnya sungguh tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Tentu
mereka tidak ingin dibakar oleh api neraka kelak karena menjalankan hal-hal
yang sangat dibenci oleh Allah.
Tak hanya persoalan hidup keluarganya yang membuat
Solasfiana terus bangkit. Ada kerinduan mendalam bagi sosok yang telah mencuri
hatinya di sekolah dulu. Sosok yang sudah lama sekali ingin diketahui kabarnya.
Namun tak juga ada jalan membuka tabir pertanyaan hati tentang Sofyan,
laki-laki yang menjadi harapan hatinya. Solasfiana berdoa agar Allah memberikan
yang terbaik bagi dirinya.
Ya Allah, sebagaimana Engkau turunkan hujan untuk
membersihkan seluruh debu dan kotoran yang menempel di atas tanah, batu, daun
dan seluruh permukaan yang kotor di atas muka bumi ini, bersihkanlah pula
seluruh hati dan pikiranku dari berbagai macam penyakit hati yang sedang atau
akan bersemayam. Sungguh aku tidak dapat melakukan apa-apa tanpa bantuan
dari-Mu. Karena itu, bantulah aku Ya Tuhanku Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. (Hal.
305)
Waktu kemudian terus berlalu. Solasfiana diarahkan takdir
dalam mengetahui kabar Sofyan meskipun sejatinya tak lagi sesuai dengan
impiannya semula. Semua kembali diserahkan pada takdir-Nya. berdamai dengan
takdir memang akan melegakan dan menenangkan setiap hati manusia, termasuk
Solasfiana. Sebuah puisi mampu meleburkan asa di tengah perjalanan hidupnya
yang harus dilalui seiring dengan berjalannya waktu.
Apakah yang terjadi dengan Sofyan? Benarkah Solasfiana tak
lagi mampu merengkuh Sofyan sebagai asanya? Dan bagaimana pula Solasfiana
bersama Mak Pinah, Marsya dan Isfahan yang berdamai dengan takdir?
***
Novel ini begitu menyentuh. Saya pun seperti dibawa oleh Ade
Anita berjalan-jalan menyusuri sebuah kampung di wilayah Sumatera Selatan.
Begitu kental pesona adat istiadat serta pemandangan alam Sumatera Selatan yang
digambarkan. Memang banyak narasi panjang yang diutarakan penulis dalam novel Yang
Tersimpan di Sudut Hati ini. Hal tersebut untuk lebih menekankan
betapa Sumatera Selatan memiliki keindahan tersendiri.
Mengenai kelemahan, tentu ada. Namun, sekali lagi sebagai
manusia memang tempatnya salah. Dan sebagai penulis, Ade Anita tentu ingin
memberikan sentuhan berbeda pada tiap bagian novel yang diceritakan. Cerita
mengenai hati Solasfiana dan Sofyan kurang banyak dikupas dalam novel Yang
Tersimpan di Sudut Hati. Lebih banyak pada pergulatan Solasfiana dan
keluarganya dalam berdamai dengan takdir.
Saya hanya menunggu surat Solasfiana dibalas Sofyan dengan
berita yang tentu membahagiakan Solasfiana. Menghapus rasa rindu yang berbuah
air mata Solasfiana.Well, kita doakan saja Solasfiana mendapatkan kabar
gembira tersebut dari Sofyan…. ^_^
Saya beri 4 (empat) dari 5 bintang untuk novel Yang
Tersimpan di Sudut Hati ini
---------------
sumber asli resensi ini: blognya Rahmah (http://chemistrahmah.com/review-novel-yang-tersimpan-di-sudut-hati-berdamai-dengan-takdir.html)
aku belum baca novelnya mbak, tapi dari resensi novel ini menarik banget
BalasHapusBelum baca novelnya. Berdamai dengan takdir memang tak mudah. :)
BalasHapus