Senin, 28 Oktober 2013

Resensi Novel Yang Tersimpan di Sudut Hati by Rahmah

Berikut ini adalah Review Novel Yang Tersimpan di Sudut Hati: Berdamai dengan Takdir yang dibuat oleh Rahmah Chemist.

Rahmah Chemist ini seorang blogger yang tinggal di Surabaya sana. Tulisannya selalu lugas dan tegas. Itu sebabnya gaya menulis yang dimiliki Rahmah memiliki sebuah kekhasan tersendiri buatku. Apa yang terlihat itu yang dia katakan. Bisa jadi ini disebabkan karena latar belakang pendidikannya adalah ilmu pasti sehingga dia menerapkan dengan baik "what you see is what you get". Nah, penasaran bagaimana kesan-kesan seorang Rahmah setelah membaca novelku? Ini dia tulisannya:
--------------

Menguras keinginan untuk travelling ke Sumatera Selatan. Hal yang mencuat setelah menyelami setiap kisah yang dituturkan Ade Anita dalam novel islami berjudul Yang Tersimpan di Sudut Hati. Novel yang sebenarnya tak hanya islami tetapi membangun sebuah kepekaan akan memaknai setiap takdir dalam hidup ini. Takdir yang setiap manusia harus berdamai dengannya.



Penulis: Ade Anita
Penerbit: Quanta (imprint PT. Elex Media Komputindo)
ISBN: 9786020221120
Sampul: Soft Cover
Editor: Linda Razad
Ukuran: 11 X 18
Tebal: 456 halaman
Solasfiana dikisahkan sebagai anak tertua dari 3 (tiga) bersaudara. Lahir dari keluarga yang “sebenarnya kaya”. Tangguh, cerdas dan smart menjadi perannya dalam perjalanan hidup seorang anak manusia di daerah Sumatera Selatan. Ada panggilan yang sejatinya terlalu dini baginya untuk mengayomi adik-adiknya, Marsya dan Isfahan. Namun, sikap tangguhnya harus mengatakan “iya” dengan panggilan tersebut.
Sofyan sendiri adalah sosok teman kelas Solasfiana yang juga cerdas dan smart.Memupuk rasa cinta pada diri Solasfiana namun belum sempat terucapkan hingga sebuah takdir mengubah keadaan.
Solasfiana bersama Mak Pinah (ibunya) dan kedua adiknya harus terusir dari kampung halamannya sepeninggal Aslam (ayahnya) dan Nek Nang Bayumi (kakeknya, ayah Aslam). Fitnah yang tertuju pada keluarga Solasfiana sudah tidak bisa ditolerir oleh penduduk kampung sehingga harus pergi. Berkelana mencari tempat untuk kembali memulai merajut asa demi asa bagi diri dan keluarganya. Bangkit dari segala hal yang “tidak mungkin” hingga membuahkan hasil yang maksimal.
Fitnah yang sama sekali tak pernah diterima oleh akal sehat Solasfiana dan keluarganya. Sebab mereka sangat yakin bahwa melakukan praktek santet atau sejenisnya sungguh tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Tentu mereka tidak ingin dibakar oleh api neraka kelak karena menjalankan hal-hal yang sangat dibenci oleh Allah.
Tak hanya persoalan hidup keluarganya yang membuat Solasfiana terus bangkit. Ada kerinduan mendalam bagi sosok yang telah mencuri hatinya di sekolah dulu. Sosok yang sudah lama sekali ingin diketahui kabarnya. Namun tak juga ada jalan membuka tabir pertanyaan hati tentang Sofyan, laki-laki yang menjadi harapan hatinya. Solasfiana berdoa agar Allah memberikan yang terbaik bagi dirinya.
Ya Allah, sebagaimana Engkau turunkan hujan untuk membersihkan seluruh debu dan kotoran yang menempel di atas tanah, batu, daun dan seluruh permukaan yang kotor di atas muka bumi ini, bersihkanlah pula seluruh hati dan pikiranku dari berbagai macam penyakit hati yang sedang atau akan bersemayam. Sungguh aku tidak dapat melakukan apa-apa tanpa bantuan dari-Mu. Karena itu, bantulah aku Ya Tuhanku Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. (Hal. 305)
Waktu kemudian terus berlalu. Solasfiana diarahkan takdir dalam mengetahui kabar Sofyan meskipun sejatinya tak lagi sesuai dengan impiannya semula. Semua kembali diserahkan pada takdir-Nya. berdamai dengan takdir memang akan melegakan dan menenangkan setiap hati manusia, termasuk Solasfiana. Sebuah puisi mampu meleburkan asa di tengah perjalanan hidupnya yang harus dilalui seiring dengan berjalannya waktu.
Apakah yang terjadi dengan Sofyan? Benarkah Solasfiana tak lagi mampu merengkuh Sofyan sebagai asanya? Dan bagaimana pula Solasfiana bersama Mak Pinah, Marsya dan Isfahan yang berdamai dengan takdir?
***
Novel ini begitu menyentuh. Saya pun seperti dibawa oleh Ade Anita berjalan-jalan menyusuri sebuah kampung di wilayah Sumatera Selatan. Begitu kental pesona adat istiadat serta pemandangan alam Sumatera Selatan yang digambarkan. Memang banyak narasi panjang yang diutarakan penulis dalam novel Yang Tersimpan di Sudut Hati ini. Hal tersebut untuk lebih menekankan betapa Sumatera Selatan memiliki keindahan tersendiri.
Mengenai kelemahan, tentu ada. Namun, sekali lagi sebagai manusia memang tempatnya salah. Dan sebagai penulis, Ade Anita tentu ingin memberikan sentuhan berbeda pada tiap bagian novel yang diceritakan. Cerita mengenai hati Solasfiana dan Sofyan kurang banyak dikupas dalam novel Yang Tersimpan di Sudut Hati. Lebih banyak pada pergulatan Solasfiana dan keluarganya dalam berdamai dengan takdir.
Saya hanya menunggu surat Solasfiana dibalas Sofyan dengan berita yang tentu membahagiakan Solasfiana. Menghapus rasa rindu yang berbuah air mata Solasfiana.Well, kita doakan saja Solasfiana mendapatkan kabar gembira tersebut dari Sofyan…. ^_^


Saya beri 4 (empat) dari 5 bintang untuk novel Yang Tersimpan di Sudut Hati ini
---------------



2 komentar:

  1. aku belum baca novelnya mbak, tapi dari resensi novel ini menarik banget

    BalasHapus
  2. Belum baca novelnya. Berdamai dengan takdir memang tak mudah. :)

    BalasHapus

jadi, apa pendapatmu teman?

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...