Sabtu, 11 Januari 2014

#resensi III/2014: Sunyi (sebuah perjalanan takdir hidup)

Kalian percaya pada kebetulan tidak? Sedang jalan-jalan, eh.. kebetulan ketemu dengan teman lama. Lalu kebetulan lagi teman itu ternyata punya rahasia yang kita sebenarnya sudah tahu isinya. Kebetulan lagi, kita sendiri juga lagi punya masalah. Lalu kebetulan ... kebetulan... kebetulan. Wah. Ada banyak kebetulan yang terjadi di sekitar kita, dan bahkan terjadi setiap saat mungkin jika saja kita menyadarinya.



Islam sendiri, sebenarnya tidak mengenal istilah kebetulan. Segala sesuatunya di dunia ini terjadi atas kehendak Allah SWT. Semua sudah tertulis di catatan Lauh Mahfus. Hanya saja karena kita tidak mengetahuinya maka ketika hal tersebut terjadi, kita pun langsung merasa bahwa itu adalalh sebuah kebetulan.
Jadi, agar kita tidak melupakan bahwa ada Sang Maha Pencipta dan Sang Kreator di universe ini, maka mulai sekarang kita sebut saja kebetulan demi kebetulan itu sebagai sebuah takdir.

Novel Sunyi, bercerita tentang takdir yang didapat oleh 3 orang perempuan, yaitu Melati (dipanggil Mel), Malaya (dipanggil Mal) dan Soraya (dipanggil Aya) (jujur nih, karena aku sulit membedakan perbedaan kecil dari sesuatu yang tertulis mirip-mirip, maka di awal membaca buku ini aku rada keteteran membedakan panggilan Mal dan Mel. Apalagi, di bagian awal novel keduanya sering bertemu dan saling memanggil dengan penggalan nama Mel dan Mal. Tapi.... setelah berkonsentrasi aku amat menikmati membaca novel ini. Karakter yang ditulis oleh dua orang penulis berbeda dalam novel ini begitu terasa perbedaannya.

Tokoh Mel yang cerdas, terlihat dari pengetahuannya yang amat kaya (ini ciri khas seorang Ifa Avianti, yang selalu menulis semua yang dia ketahui dalam tulisannya. Waktu awal membaca tulisan Ifa dahulu  aku sempat merasa "aih, emang perlu ya ini semua ditulis?"... tapi akhirnya aku menikmatinya karena jadi serasa dapat bonus tambahan pengetahuan umum baru sembari membaca imajinasi lincahnya Ifa Avianty.

Sedangkan tokoh Mal yang spontan dan ceplas ceplos, cukup menyenangkan untuk dibacanya. Malaya yang lincah, cerdas, cantik, selalu berpikir spontan terasa begitu hidup dan mengalir dalam novel ini. Eni martini sukses menuliskan gambaran karakter Malaya-nya. Dan sebaliknya Soraya yang begitu tertutup, tipe nrimo banget, juga tergambar dengan apik dalam novel ini. Begitu juga dengan tokoh Mel yang emosian, cerdas dan mandiri.

Aku suka dengan pengembangan ketiga karakter berbeda ini. Membuat novel ini terasa unik dan asyik untuk diikuti ceritanya.

Lalu kekurangan novel ini apa? Tidak ada gading yang tidak retak, jadi tidak heran jika novel ini juga punya kekurangan. Kekurangan ini semata aku tulis berdasarkan penilaian selera pribadiku saja.
Menurutku, kelemahan novel ini adalah: jika biasanya novel dengan seting Islami lainnya mengusung betapa baiknya cara pertemuan jodoh yang sesuai syariat (jadi dipertemukan oleh Murobi/murobiyah), saling tukar menukar data, merasa cocok dengan data yang diperoleh, dan akhirnya hidup berbahagia setelah menikah. Maka, di novel ini hal ini malah secara samar dibantah. Entah mengapa, justru kesan yang tersampaikan adalah: bahwa cara perjodohan yang dilakukan oleh group-group pengajian remaja di kampus-kampus itu malah menciptakan sebuah "keterasingan" yang tidak terhindarkan antara mereka yang dijodohkan.
Dan gambaran lain yang secara tidak langsung tersampaikan adalah: betapa para lelaki sering egois ketika sedang memikirkan hasrat pemenuhan kebutuhan biologis mereka. Dan pada lelaki muslim, hal ini ternyata lebih parah, karena mereka memegang ayat dan hadist. Ah.. separah itukah? Gosip kali ah.

hehehe.. makanya, baca saja novel ini.

Oke. Jadi cerita apa sebenarnya yang sedang diceritakan di novel ini? Ya. Novel ini bercerita tentang rencana poligami yang akan dilakukan oleh salah satu tokoh dalam cerita tersebut. Siapa dia? Dengan siapa? Lalu gimana kelanjutanya? Lebih baik kalian baca sendiri ceritanya di novel ini.

Aku amat merekomendasikan novel ini. Ceritanya bikin gemes; asli bikin gemes. Tapi endingnya aku sukaaaaaa.  Para penulis kawakan dalam novel ini sepertinya tahu apa ending yang diinginkan oleh para pembaca untuk cerita yang mereka gelontorkan.



Judul Novel: Sunyi
(sebuah perjalanan takdir hidup)
Penulis: Eni Martini dan Ifa Avianty
Penerbit: cetakan pertama oktober 2013, Panser Pustaka
Distributor: Agromedia
Fisik novel: novel saku 236 halaman.

6 komentar:

  1. Pengen baca nih novel, tapi takut ntar jadi terpengaruh ikut-ikutan poligami.. kl sampai terpengaruh mah gawat,.. yg dirumah aja ga habis-habis.., gimana mo nambah hehehe..

    dalam rangka kumbal :)

    BalasHapus
  2. Hahahahahahaha.... poligami gak semudah itu kok

    BalasHapus
  3. mungkin kekurangan yg berikut adalah terlalu terbatas segmentasi'a alias kurang universal, jadi pembaca yg lain juga bisa menikmati dengan leluas tanpa ada batasan sekat agama, mungkin jauh lebih bagus :)
    Dan, kebetulan yg terlalu sering terjadi, namanya bkn kebetulan tanpa jalan takdir :)

    BalasHapus
  4. iyaaa benerrr... kebetulan itu ya bagian dari takdir itu sendiri

    BalasHapus
  5. ini bukan novel yang membuat lelaki pengen poligami tapi jadi bijak untuk apa poligami, btw thx buat resensinyamba

    BalasHapus
  6. Belum sempet baca novel ini (belum beli jg ding ehehehe....).. tapi penasaran sama duet mereka.

    BalasHapus

jadi, apa pendapatmu teman?

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...