Senin, 20 Januari 2014

#Resensi IX/2014: TITIK JENUH LIKU-LIKU KEHIDUPAN

Lintasan kehidupan selalu memiliki memiliki dua sisi yang berlawanan: gelap-terang, hitam-putih, baik-buruk. Keduanya selalu berputar beriringan dan saling menempel pada kedua sisinya. Namun, selalu ada rencana Tuhan di balik semua peristiwa. Itu sebabnya, tidak semua penderitaan berakhir dengan kematian jika Tuhan tidak menghendaki. Gelimang kebahagiaan akan berbalik  menjadi kesengsaraan jika sewaktu-waktu Tuhan memutuskan. Hidup adalah teka-teki, dan manusia hanya bisa meraba-raba sambil berusaha untuk keluar dari peristiwa satu ke yang lain dan memetik makna rahasia yang terkandung di dalamnya.



Dan demikianlah buku cerita tipis ini menuturkan semua kisah-kisah fiksi di dalamnya. Semua cerita fiksi ini berjumlah 15 buah cerita. Sedikit memang. Aku sempat meragukan cerita-cerita yang tersaji di dalamnya ini karena melihat fisik buku yang tipis dan jumlah cerita yang sedikit saja. Tapi, ketika aku menyelesaikan membaca cerita pertamanya, aku langsung terhenyak dan menarik semua keraguanku atas buku cerita tipis ini.

Subhanallah.
Musthafa Mahmoud sudah sukses mengecohku untuk menyelepelekan kemampuannya bercerita!

Pada kenyataannya, setiap cerita dalam buku ini ditutur dengan gaya bahasa yang sederhana. Metafora-nya tidak sekaya dan tidak juga yang aneh-aneh. Meski demikian, tampaknya setiap kalimat ditulis dengan amat hati-hati dan memikirkan "ini adalah persembahan untuk menghibur pembaca".
Kita tidak bisa menebak apa akhir ceritanya.
Kita juga tidak diberi kesempatan untuk menebak apa kelanjutan ceritanya.
Benar-benar seperti yang dikatakan dalam bagian kata pengantarnya: bahwa hidup adalah teka teki dan manusia hanya bisa meraba-raba sambil berusaha untuk keluar dari peristiwa satu ke yang lain dan memetik makna rahasia yang terkandung di dalamnya.
Ya.
Di akhir cerita, aku nyaris selalu mendapatkan sebuah makna tentang pelajaran hidup yang amat berharga.

Coba lihat ini:

Perlahan lelaki lemah itu membuka matanya. Ia sadar, sudah tiga kali ia mencoba menghabisi hidupnya, tetapi kenyataan masih berbicara lain. Betapa kecewa hatinya karena perbiatannya telah menyebabkan kematian orang lain, sementara ia sendiri masih hidup. Tidak berapa lama kemudian lelaki itu tertidur karena pengaruh obat yang diberikan dokter. Di dalam tidurnya ia seakan melihat seberkas cahaya dan mendengar suara yang menegurnya.

"Apakah sebenarnya yang kau lakukan terhadap dirimu?"
"Aku ingin menghabisi hidupku agar bisa tenteram,"
"Bagaimana kau bisa mengetahui bahwa kau akan tenteram? Tahukan kau apa yang akan kautemui setelah kau mati?"
"Palign sedikit akan lebih baik baik dari nasibku di dunia ini."
"Itu hanya dugaanmu, sedangkan orang  tak akan mengakhiri hidupnya hanya karena karena dugaan."
"Lalu, apa yang dapat aku lakukan dan apalagi yang harus tersisa pada diriku?"
"Kau harus bersabar dan menunggu apa yang ditetapkan padamu."
"Aku telah cukup bersabar."
"Bersabarlah sampai esok pagi. Sehari lagi."
"Esok pagi akan lebih fatal dari kemarin."
"Bagaimana kau bisa tahu? Engkaukah yang mencipta hari? Engkahkah yang mencipta hidupmu sendiri?"
"Bukan."
"Bagaimana kau bisa memastikan sesuatu yang belum kau ketahui? Bagaimana kau akan melakukan sesuatu yang bukan milikmu?"
"Tidak."
"Berarti umur itu bukan milikmu."
"Aku memang sudah tak ingin hidup. Biarkan aku berurusan sendiri dengan maut. Biarkan aku, kasihanilah aku!"
"Kalau kau kami biarkan berarti kami tidak mengasihanimu. Rasa kasihan yang besar dan kebaikan kamilah yang membuat kami berusaha membelokkan keinginan sesatmu agar kau tidak sampai celaka."
"Datanglah wahai celaka karena yang kuinginkan hanya celaka. Datanglah, celaka!"
"Jangan kau kira celaka itu tidur dengan damai di perut bumi seperti yang kau bayangkan."
"Yang pasti aku ingin keluar dari diriku."
"Mesti masuk ke dalam api neraka?"
"Adakah neraka selain ini?" (Cerpen "Jalan Pintas", hal. 75 -77).

Membaca salah satu cerpen di atas, dialog-dialognya bikin aku gemasssssss. Dan di akhir ceritanya, aku benar-benar terkejut. Tidak menyangkanya sama sekali jika akhir cerita dari seseorang yang di awal digambarkan  memiliki sebuah penyakit yang belum ada obatnya. Kekayaannya melimpah tapi ternyata tidak dapat dipakai untuk membeli obat. Setiap hari menghadapi obat-obatan yang banyak tanpa kejelasan kapan akan sembuh membuat lelaki itu pun putus asa. Terlebih setelah dia menanti istrinya yang mencari obat tapi tidak ada kabar beritanya. Itu sebabnya lelaki itu berusaha untuk bunuh diri. Jadikah dia bunuh diri? Itu yang harus kita tebak.

Nah... model tebak-tebakan ini yang bikin aku merasa gemassss membaca cerpen demi cerpen dalam buku ini.

Jadi... jujur saja: aku tidak melihat kelemahan di kumpulan cerita pendek (setengah novelet sebenarnya) di buku ini. Keren sekali buku ini.


7 komentar:

  1. doyan baca ya..?? aku ga bakal habis baca cerita panjang kaya ini.. X-(

    BalasHapus
  2. eh... gak kok, ini ceritanya pendek. Kan kumpulan cerita pendek. seru kok.

    BalasHapus
  3. pengen baca bukunya lagi... tapi nyarinya susah.... udah pernah punya tapi punah... hiks :'(

    BalasHapus
  4. buku ini istimewa, saya sudah membacanya berkali-kali dan sangat menakjubkan, banyak sekali ilmu hikmah yang kita ambil dalam buku ini, kebetulan saya punya yang cetakan pertama, tapi sekarang menghilang, saya lagi cari buku ini lagi.

    BalasHapus
  5. mbak ade, kalo saya nyari-nyari ini buku dan belum dapet, boleh nggak kalo saya pinjam?

    BalasHapus
  6. Saya pernah baca buku iNi dapat d perpustakaan SD yang merupakan buku bantuan,...

    BalasHapus
  7. Abi aku suka ceramah, materi hikmahnya suka diambil dari buku ini, terutama cerpen ," penggali kubur syaikh mabruk"

    BalasHapus

jadi, apa pendapatmu teman?

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...