"Mengapa Martina Hingis bisa menjadi juara dunia di usia 17 tahun, Husain Tabataba'i mendapat gelar doktor honoris causa bahkan di usia 7 tahun, atau (untuk menghibur diri) seorang anak Indonesia Fajar Ardian meraih medali emas Olimpiade Fisika Internasional di Athena pada usia 17 tahun. Kita juga mengenal Michael JOrdan dengan prestasi bola basketnya yang luar biasa. Atau sang juara tujuh kali Tour de France Lace Amstrong, dan lain-lain. Apakah mereka punya bahan dasar penciptaan sebagai manusia unggul yang berbeda dengan kita?"
Berangkat dari pertanyaan ini, maka mulailah Nashir Fahmi memaparkan bahwa sebenarnya setiap manusia itu sama semuanya. Dia, kamu, anda, mereka, kita. Jadi, apa yang membedakan manusia satu dengan manusia yang lain? Yang membedakan adalah, orang-orang yang menjelma menjadi manusia unggul tersebut telah terbiasa merencanakan hidup, menyusun target terukur dan melangkah dengan terencana berupa usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Rencana dan tujuan masa depan yang disertai langkah sistematis untuk mencapainya telah melahirkan orang-orang berprestasi di bidangnya. Sebaliknya, hidup tanpa rencana, tidak memahami bagaimana visi dan misi hidup serta mematikan potensi kesempurnaan manusia telah menyebabkan jutaan pengangguran. Sehingga tidak ada kata yang pantas untuk kita lakukan saat ini untuk memperbaiki masa depan kita selain: mengenal dan mengoptimalkan karunia Tuhan tanpa batas dalam diri kita. (hal 2)Dan demikian Nashir Fahmi menyusun buku ini yang berawal dari rangkaian pertanyaan-pertanyaan tentang hakekat kesempurnaan manusia. Dari rangkaian pertanyaan yang merupakan sebuah kontemplasi yang akan membawa pembaca pada perenungan tentang hidup dan kehidupan, maka pembaca kemudian akan diajak untuk menjadi cerdas dalam memunculkan sikap ikhlas dalam diri.
Sempurna adalah fitrah kita sebagai manusia.
"... Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan." (al-isra':70)
Pertanyaannya: mengapa kita semakin menjauh dari fitrah kita?
Jawabannya: semua itu terjadi karena berbagai prasangka dan pikiran negatif yang dari waktu ke waktu tanpa disadari merasuk ke dalam hati kita. "Inilah yang menyebabkan manusia berangsur-angsur lupa (tidak yakin atau tidak percaya lagi) terhadap sifat kesempurnaan (kebaikan/kelebihan/keunggulan potensi) dirinya." (hal. 11)
Untuk mengembalikan fitrah kita sebagai makhluk sempurna adalah dengan melakukan proses recharge dua potensi utama manusia yaitu kekuatan berpikir dan perasaan (mind power dan heart power). Sebab manusia pada hakekatnya tidak perlu disempurnakan, karena kesempurnaan telah Tuhan berikan dalam diri dan menjadi milik manusia selamanya.
Bagaimana caranya? Yaitu dengan cara mengarahkan diri kita agar mampu menuju zona puncak diri kita, yaitu ikhlas. Dengan energi ikhlas, maka tombol-tombol negatif dalma diri kita akan dengan mudah tereliminasi dan digantikan dengan kumpulan-kumpulan perasaan dan pikiran positif. Dan inilah sesungguhnya fitrah manusia yang telah Tuhan tanamkan dalma diri manusia sebagai makhluk yang sempurna. Itulah mengapa Tuhan akan menutup semua potensi kejahatan bila manusia mampu memasuki zona ikhlas dan menghidupkannya dalma setiap waktu dan kesempatan.
Allah SWT berfirman: "Iblis berkata, 'Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis (ikhlas) di antara mereka." (al-Hijr: 39-40).
Lebih lanjut, Nashir Fahmi, dengan menggunakan bahasa yang sederhana tapi didukung oleh data-data yang cukup detail, mengajak pembaca untuk mulai melakukan perjalanan menuju zona IKHLAS. Yaitu dimulai dengan:
1. Perkuat NIAT.
2. Tentukan dan pastikan visi dan misi hidup.
3. Membuat misi hidup
4. Menentukan peran di masyarakat
5. Membuat visi peran dan rencana kerja.
Nyaris selurh argumen dan dasar-dasar pemikiran yang dikembangkan oleh penulis dalam buku ini, beranjak dari pemahaman tentang Ke-Islaman. Dengan demikian, penjelasan dari perjalanan manusia menuju ke zona IKHLAS juga berdasarkan pada pemahaman agama; yaitu:
"Allah mengasihi seseorang yang mengetahui darimana ia berasal, dimana ia hidup, dan kemana ia kembali." (Ali bin Abi Thalib r.a)
Menurut penulis, ada 3 hal yang disebutnya sebagai Trilogi Sinergi Potensi Manusia, yaitu: Spritual, Intelektual dan Emotional.
Intelektual sebagai dimensi dalam diri manusia, memiliki fungsi sebagai dasar manusia untuk mengembangkan logika dan meng-analisa segala sesuatunya. Untuk dapat melakukan fungsi tersebut maka yang diperlukan adalah ilmu pengetahuan.
Emotional sebagai dimensi dalam diri manusia, memiliki fungsi sebagai Behaviour, Komitment, Loyalitas. Untuk dapat melakukan hal tersebut maka yang diperlukan adalah MORAL.
Sedangkan Spiritual sebagai dimensi dalam diri manusia, memiliki fungsi sebagai penentu ditetapkannya PRINSIP dan VALUE atau nilai dalam menghadapi kehidupan. Untuk menjalankan fungsi tersebut maka yang diperlukan adalah Keyakinan atau IMAN.
"Katakanlah, 'Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati.' (tetapi) amat sedikit kamu bersyukur." (al-mulk:23) (di buku ini penjelasan ini ada di halaman 23)
Yang perlu berhati-hati dalam mempersiapkan langkah menuju zona ikhlas adalah adanya BLACK-SPOT dalam diri setiap manusia.
Apa itu BLACK-SPOT? BLACK-SPOT adalah, sifat-sifat yang terdapat dalam diri manusia secara potensial alias terpendam. Tapi, karena kelicikan Syaithan maka lubang hitam ini pun terbuka dan akhirnya mengotori hati kita.
eh.. gimana cara muter gambarnya ya? heheheh |
Nah... mulai sekarang, mari kita semua mulai bebenah dan memanfaatkan waktu yang kita miliki dengan sebaik-baiknya. Ada banyak sekali deskripsi yang dipaparkan oleh penulis dalam buku ini dan insya Allah semuanya amat memperkaya pengetahuan kita. Hingga, ketika akhirnya kita bertemu dengan akhir bacaan, terasa ada sesuatu yang bertambah di dalam kepala: pengetahuan. Juga sebuah perenungan yang amat dalam maknanya.
Tak ada sesuatu pun buat seorang mukmin yang mampu mengingatkan betapa berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya. Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat. Allah SWT mengingatkan, "Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)." (al Anbiyaa':1)Sehingga, pada zona ikhlas tertinggi maka seseorang akan sangat menghargai kehidupan justru ketika dia mengingat kematian.
Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata. Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, "Ya Allah, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertobat dan mengejar ketinggalan. "Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Allah SWT berfirman, "Dan berikanlah peringatan kepada manusia, maka berkatalah orang-orang Zalim, "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul rasul...." (Ibrahim: 44) (ada di halaman 248)
"Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang paling diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan."Let's, Re-Charge Our Potential, Now! We Will be The Champion. (hal: 251)
Judul buku: Spiritual Excellence (kekuatan ikhlas menciptakan keajaiban hidup)
Penulis: Nashir Fahmi
Penerbit: Gema Insani Press, 2009
Fisik buku: buku non fiksi, 23 cm, 268 halaman.
waaahhhh.. kereeeennn euy mak. aku harus banyak belajar nih, untuk meresesi buku....
BalasHapuswah...ini namanya good job mak. sibuk packing dan beberes yang menguras emosi dan tenaga di jaman ujan2 begini dan masih sempat bikin resensi yang mantap begini?..wah wah wah...
BalasHapus