Rabu, 10 April 2013

Semua yang Putih dan Suci akan Tetap Putih dan Suci meski Terciprat noda sebentar (Cerita Di balik Noda)


Judul Buku: Cerita Di Balik Noda (42 Kisah Inspirasi Jiwa)
Penulis : Fira basuki
Editor: Candra Gautama
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta 2013
ISBN: 978-979-91-0525-7

Ini adalah buku yang berisi tentang 42 kisah-kisah inspirasi yang dialami oleh mereka yang bertemu dengan anak-anak dan berbagai aktifitas layaknya anak-anak. Yaitu bermain, belajar, bereksperimen, dan mendapat pelajaran dari eksperimen dan permainan a la anak-anak.  Penulis keseluruhan dari kumpulan kisah-kisah inspirasi ini ditulis oleh para ibu tentang anak-anak mereka (kecuali kisah "Foto" yang menceritakan tentang seorang istri yang ragu akan cinta suami yang workaholic, hal. 17; atau kisah "Tulisan Di Kain Sprei" yang mengambil sudut pandangan justru dari si anaknya langsung, yang berani tampil beda dan penuh percaya diri, hal. 33, dan kisah "celengan", hal 28, yang justru ditulis oleh seorang bapak-bapak, bukan ibu-ibu).

Ternyata, ada banyak pelajaran hidup atau hikmah tentang kehidupan, yang bisa dipetik oleh semua orang dan justru hal tersebut dicetuskan oleh kepolosan dan kebersihan hati  anak-anak. Anak-anak yang selama ini selalu harus dibimbing, diayomi, diasuh, dan diajarkan untuk mengerti bagaimana menghadapi kehidupan yang amat kompleks permasalahan dan kejadiannya, ternyata pada saat-saat istimewa bermetamorfosa menjadi guru kehidupan bagi orang tua atau orang dewasa di sekeliling mereka. Ada banyak perilaku spontanitas dan ide-ide orisinal yang lahir dari mereka yang memerlukan apresiasi positif hingga hubungan antara orang tua ke anak dan sebaliknya, anak ke orang tua, adalah hubungan yang saling membutuhkan dan saling memberi satu sama lain. Inilah kedekatan dan kerjasama yang amat baik untuk siapa saja guna memahami pelajaran kehidupan dan memetik hikmah dari kejadian kehidupan tersebut.
Semua kisah dalam buku ini bergulir tentang betapa baiknya jika kita sebagai orang tua tidak menaruh syak wasangka pada apa yang dilakukan oleh anak-anak kita ketika mereka sedang mempraktekkan ide kebaikan. Seperti menolong membersihkan sampah, menolong korban banjir, bercocok tanam, bermain dengan teman, berlibur untuk melepas penat, dan sebagainya. Karena, pada dasarnya anak-anak ketika mereka memiiki sebuah ide kebaikan, mereka sudah tahu satu hal yang pasti akan terjadi lebih dahulu, yaitu pakaian mereka atau tubuh mereka pasti akan terciprat oleh noda kotoran. Jika sudah kotor, maka kejadian yang mereka (anak-anak) duga adalah dua kemungkinan: dimarahi oleh orang tua karena sudah mengotori pakaian dan tubuh mereka (dalam hal ini biasanya ibu, karena ibu dekat dengan anak-anak), atau berusaha menyembunyikan kotoran tersebut dan tampil menjadi anak yang senantiasa bersih tidak bernoda. Sebagai orang tua yang bijak, hendaknya reaksi pertama yang harus kita keluarkan adalah : "jangan marah", tapi tanya dan amati baik-baik alasan kenapa mereka sampai kotor.

Ini yang menarik.
Apakah sebagai orang tua kita bisa sejenak saja mengendapkan rasa kesal dan kecewa melihat anak-anak tampil tidak sesuai harapan kita (semua orang tua biasanya punya harapan yang sama: anaknya tampil rapi, bersih, penurut)? Atau,
Apakah sebagai orang tua kita bisa menyingkirkan rasa curiga kita dan mendukung ide-ide anak kita, apapun ide tersebut (semua orang tua biasanya punya harapan tersendiri pada anaknya dan tanpa sadar ingin harapan tersebut terpenuhi)? Lalu,
Apakah sebagai orang tua kita bisa memaafkan kecerobohan anak yang melakukan sesuatu di luar harapan kita? Lebih luas lagi, apakah kita mampu memaafkan orang lain yang bisa jadi melakukan kesalahan yang sama seperti yang dilakukan oleh anak-anak kita (bukankah perilaku anak-anak sesungguhnya adalah refleksi dari perilaku orang dewasa di sekitarnya)?

Tiga pertanyaan tersebut tampaknya menjadi RUH dalam semua tutur cerita dari para orang tua akan anak-anak mereka. Ada banyak sekali cerita yang memaparkan tentang kenangan (baik kenangan yang dilakukan oleh mereka yang masih hidup atau mereka yang telah meninggal dunia), harapan (tentu saja harapan itu dimiliki oleh mereka yang bersemangat untuk memliki hari esok), dan pelajaran-pelajaran hidup dari kejadian yang dialami saat ini. Dan demikianlah 42 kisah inspirasi tersebut terjalin dengan amat manis dan mencerahkan.

Penulis sendiri, yaitu Fira Basuki, yang adalah seorang penulis dan redaktur sebuah majalah terkemuka, mengakui bahwa  ketika dia diminta oleh Rinso (sponsor utama pembuatan buku ini) dan Gramedia untuk menyusun buku "Cerita Di Balik Noda" mengakui bahwa dia menulis dan menyusun (sebelumnya harus memilih dari ratusan event cerita di balik noda yang diselenggarakan oleh Rinso, dengan menempatkan dirinya sebagai seorang ibu rumah tangga yang selalu dekat dengan keseharian bertemu dengan anak-anak dan berani mengambil resiko untuk berkotor-kotor ria dalam rangka bersinergi dengan buah hatinya untuk sama-sama belajar tentang kehidupan.

Saya sendiri (penulis), ketika disodori buku ini dan diminta untuk mereviewnya, agak-agak memandang remeh buku tersebut. Saya nyaris merasa sedang disodori sebuah buku iklan. Judul bukunya, "cerita di balik noda"  dan slogan "berani kotor itu baik" memang sebuah idiom yang amat lekat dengan Rinso, sebagai sebuah mereka sabun cuci pakaian. Itu sebabnya saya langsung underestimated , "Aduh, paling juga mirip pamflet iklan nih buku.". Tapi, ternyata prasangka saya SALAH BESAR. Tidak ada satupun dalam 42 kisah ini yang mencantumkan mereka RINSO di dalam cerita mereka.  Aduh, malu deh sudah berprasangka buruk duluan. Belakangan, saya justru senang membaca buku tersebut karena kisah-kisah di dalamnya ringan tapi amat mencerahkan.  Sayang tidak ada ilustrasi untuk menyejukkan mata.  Mungkin jika diberi ilustrasi atau foto, buku ini benar-benar menjadi amat berkesan di hati saya.

Tapi, sepi ilustrasi bukan berarti harus ramai juga ya. Saya suka sampul bukunya. Putih, bersih, lalu tiba-tiba ada cipratan noda berwarna coklat yang timbul di atasnya. Benar-benar menggambarkan noda yang mengotori sesuatu yang putih dan bersih. Sayang sebenarnya warna putih bersih harus kena cipratan. Tapi gak usah  khawatir tentang itu. Sesuatu yang kotor pasti bisa dihilangkan karena semua yang berawal dari putih bersih, jika kotor sedikit bisa dihilangkan nodanya dan akan kembali menjadi putih bersih lagi. Seperti putih dan bersihnya hati para anak-anak. Seperti putih dan bersihnya hati orang dewasa yang terbuka untuk memaafkan dan tidak menyimpan dendam. Seputih dan secerah kisah-kisah penuh inspirasi di dalam buku ini.
---------------
Penulis: Ade Anita
Tulisan ini diikut sertakan dalam lomba review  Buku Cerita Di Balik Noda dan Berani Kotor itu Baik 


KEB

9 komentar:

  1. Mak, link-nya broken link tuh yang menuju Buku Cerita Di Balik Noda dan Berani Kotor itu Baik dan ke cerita di balik noda" dan slogan "berani kotor itu baik.

    Hehe..

    BalasHapus
  2. waaah blognya lebih seger sekarang. mantap reviewnya mba. semoga menaaang :)

    BalasHapus
  3. ni lomba mereview ya. semoga menang deh

    BalasHapus
  4. semoga menang ya, keren tulisannya

    BalasHapus
  5. haha mbak ade bahasnya selalu detil

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya ya... detil banget.
      semoga menang ya Mbak...

      Hapus
  6. Hahaha... ternyata kita sama mbak... sempat meragukan isi buku itu sebelum membacanya ya?
    Gudlak utk ngontesnya ya... :)

    BalasHapus
  7. Ternyata, ada banyak pelajaran berharga dari kisah2 sederhana dari dalam buku itu ya mbak... :)

    BalasHapus

jadi, apa pendapatmu teman?

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...