Judul: Sweet Misfortune (Cinta dalam Kue
Ke(tidak)beruntungan
Pengarang: Kevin Alan Milne; penerjemah: Harisa Permatasari.
Penerbit: Qanita, 2011, Cet: 1. Bandung.
Judul asli: Sweet Misfortune (terbitan Hachette Book Group,
New York, 2010).
"Aku tahu kau takut. Aku juga gugup menanggapinya.
Pernikahan adalah sebuah langkah besar.
Tapi aku belum pernah merasa sebahagia saat mengenalmu, dan aku ingin agar kau
menjadi lebih dari sekadar wanita cantik yang kukencani. Aku benar-benar
menginginkanmu sebagai istriku." (hal 163)
Itulah ucapan Garrett pada Sophie pada suatu malam ketika
dia mengajak Sophie untuk menikah di peringatan 6 bulan kencan mereka. Mereka memang
pasangan yang sedang dimabuk cinta. Garrett yang seorang dokter tulang dan
Sophie yang seorang pemilik sebuah toko coklat dan sekaligus cheff di toko
tersebut. Dan tidak ada hal lain yang amat membahagiakan bagi pasangan yang
sedang dimabuk cinta selain menyatukan rasa cinta mereka dalam sebuah
pernikahan. Demikian Garrett dan Sophie ingin melakukan pernikahan setelah
mereka merasa percaya bahwa mereka saling mencintai satu sama lain. Hanya saja
ternyata kisah cinta mereka tidak semulus seperti yang diduga semula. Ada banyak
rintangannya. Sophie yang memiliki masa lalu yang amat pahit, terus menyiksa
dirinya dengan belenggu masa lalunya dan itu membuatnya tumbuh menjadi seorang
perempuan cantik yang sering memandang segala sesuatu dengan sudut pandang
seorang sarkas sejati. Dan Garrett akhirnya memutuskan hubungan mereka, tepat
dua minggu sebelum mereka menikah karena sesuatu yang tidak Sophie ketahui.
Membuat Sophie kian menyiksa dirinya sendiri dengan segala macam sikap
"menyalahkan diri sendiri", "memandang sisi dunia dari sudut
gelapnya saja" dan "tidak percaya bahwa ada kebahagiaan sejati di
muka bumi ini.".
Sophie Maria Jones adalah seorang gadis kecil yang sedang
merayakan ulang tahunnya ke 9 ketika sebuah kecelakaan mobil di hari ulang tahunnya
tersebut menewaskan kedua orang tua dan neneknya. Dalam satu malam, Sophie
menjadi seorang gadis yatim piatu yang tidak punya siapa-siapa. Dan itu
menyebabkannya harus berpindah-pindah tempat tinggal karena negara
menitipkannya pada beberapa keluarga yang mau menampungnya sebagai anak adopsi.
Satu-satunya nasehat yang Sophie kecil dapatkan ketika masih kecil telah
membentuk Sophie menjadi seorang yang selalu terbelenggu dengan masa lalunya.
"Kau kedengaran
seperti psikolog yang kudatangi saat remaja. Tahukah kau apa yang dikatakannya
padaku? Dia bilang aku benar! Dia bilang aku harus membiasakan diri pada
kenyataan bahwa semuanya akan menghilang. Dia bilang kita semua akan mati, dan
kalau tak ada hal lain yang terjadi, kematian akan mengakhiri semuanya, jadi
sebaiknya kita nikmati saja hubungan yang kita miliki selama masih ada, dan
melanjutkan hidup setelah semua itu berakhir." (hal 145)
"Jadi, karena kau kehilangan orang tuamu, entah
bagaimana semua hubungan akan berakhir dengan cara yang sama?"
"Diawali oleh kematian mereka, semua hubungan dalam
hidupku terasa sangat... sementara. Dan bukan hanya karena kehilangan
orangtuaku. Sesudahnya aku mendapatkan beberapa keluarga angkat, dan mereka
semua pindah ke Selatan. Bahkan salah satu orang tua angkatku meninggal."
Hidup memang terasa amat berat bagi Sophie. Bayangkan saja
harus kehilangan segalanya di usia 9 tahun. Lalu tertatih melanjutkan hidup
hanya ditemani seorang ibu tunggal yang mengadopsinya dan seorang saudara
angkat sesama adopsi. Jadi, tidak heran jika Sophie sulit menganggap serius sebuah
hubungan dengan siapapun. Lalu bagaimana kelanjutan kisah cinta pasangan ini?
Novel setebal 452 halaman ini mengemas tulisannya dengan amat baik.
Jujur, aku suka sekali dengan novel ini. Meski isinya tebal
tapi benar-benar jalinan ceritanya membuat kita penasaran dan enggan beranjak
dari tiap-tiap lembar halamannya. Kevin Milne benar-benar piawai merangkai jalinan
cerita dalam novel ini menjadi sebuah kemasan yang manis.
Ada beberapa hal yang membuat novel ini menjadi salah satu
novel pavorit saja, yaitu:
1. Di dalam novel ini bertaburan quote-quotes
yang sebenarnya sarkasme sekali, tapi asyik dibaca.
Entahlah. Mungkin karena saya merasa isi quotes sarkas itu
ada benarnya juga. Meski dia menyengat dengan panas tapi tetap terdengar amat
manis. Quote-quote yang pahit tapi hangat ini ada dalam kue rancangan Sophie
yang diberinya nama kue ke(tidak)beruntungan yang dijualnya di toko coklat
miliknya.
Ini beberapa di antaranya:
- "sekarang
pekerjaanmu terlihat baik-baik saja, tapi bersabarlah. Tak ada yang bertahan selamanya!"
(hal. 59)
- Some People are
lucky in love, You aren't one of them.
- "Memang di laut
masih banyak ikan yang lebih menarik, sayang sekali kau berenang di sebuah
kolam dangkal yang dipenuhi ikan piranha". (hal 383)
2. Pada setiap judul
babnya, terdapat judul yang (lagi-lagi) adalah quote sarkas yang asyik-asyik.
Menurut saya pemilihan judul seperti ini unik sekaligus
inspiratif sekali. Terkadang lucu dan menghibur, membuat rasa penasaran untuk
membaca isi bab yang bersangkutan. Ini beberapa contohnya:
- bab 1: Bersabarlah, hari-hari hujan akan segera kembali.
- bab 3: Sesuatu yang hilang darimu sebentar lagi akan
kembali, tapi ada beberapa hal yang sebaiknya tetap hilang.
Bab 21: Bujuk dirimu untuk melakukan sesuatu yang tidak
biasa kau lakukan, karena sepertinya hal yang biasa kau lakukan tidak berhasil.
- bab 22: Saat kau bicara dengan jujur dan terbuka, orang
lain akan sungguh-sungguh mendengarkan. Mereka tidak akan percaya padamu, tapi
setidaknya kau mendapatkan perhatian mereka.
- bab 26: Kalau orang beruntung mendapat keberuntungan,
orang sial mendapat kesialan, kenapa kau mendapat keberuntungan konyol?
Bab 32: Tap peduli seperti apa masa lalumu, masa depanmu
suram.
Saya suka dengan cara Kevin Milne menyusun novelnya dan
berkreatif ria dengan mencantumkan judul yang panjang-panjang tersebut. Benar-benar
menghibur dan kita seperti diajak untuk memandang sinis pada segala sesuatu dan
mentertawakannya sehingga tidak terasa lagi bahwa sesuatu yang pahit itu
sebenarnya terasa pahit. Semua jadi biasa saja jika kita berhasil mentertawakan
kepahitan. Hahaha.. itu pendapat pribadi saya.
Alur ceritanya juga lembut, tapi detil sekali Kevin Milne
mendeskripsikan segala sesuatunya. Seperti menggambarkan bentuk rumahnya,
keberadaan benda-benda yang dilihat oleh para tokohnya. Mungkin, ini karena
Kevin Milne menuliskan cerita ini dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga
yang tahu segalanya. Meski demikian, jalinan ceritanya renyah sekali. Tidak ada
kekakuan. Dan kemunculan semua kebetulan-kebetulan dalam novel ini juga
berlangsung lembut dan nyaris tidak terasa. Sehingga kita menerima semua
kebetulan itu sebagai sesuatu yang memang seharusnya terjadi. Tidak dipaksakan.
Ah. Ini novel kesekian yang saya suka tahun ini. Novel ini
bahkan jadi lecek dan lusuh karena saya membacanya beberapa kali saking
sukanya. Heheheh
Aduuuh mbaa, komplit banget reviewnya...keren pula. Semoga sukses yaa dengan karir menulisnya :)
BalasHapusmakasih Putri... ini aku nulis bukan karena ikut lomba kok tapi karena suka dengan novel ini.
HapusMenarik ya, judul bab-babnya. Jadi pengin baca bukunya :)
BalasHapusiya bener.. bukunya juga asyik, bahkan untuk novel bule, novel ini minim adegan dewasanya.. jadi menurutku remaja juga bisa membacanya. Bahkan novel ini menurutku lebih sopan ketimabng novel chiclit penulis indonesia loh.. dan jauh lebih sopan isinya ketimbang novelnya ayu utami
Hapuslengkap banget reviewnya ya mbak, bikin penasaran dan ingin membacanya
BalasHapuskarena aku suka dengan novelnya..
Hapustampak seperti novel terjemahan..
BalasHapusudah ada di gramed bandung belum ya?
hehe
iya.. emang novel terjemahan.
Hapus