Senin, 29 Juli 2013

Review novel: Sweet MIsfortune (cinta dalam kue ke(tidak)beruntungan


Judul: Sweet Misfortune (Cinta dalam Kue Ke(tidak)beruntungan
Pengarang: Kevin Alan Milne; penerjemah: Harisa Permatasari.
Penerbit: Qanita, 2011, Cet: 1. Bandung.
Judul asli: Sweet Misfortune (terbitan Hachette Book Group, New York, 2010).

"Aku tahu kau takut. Aku juga gugup menanggapinya. Pernikahan adalah sebuah langkah  besar. Tapi aku belum pernah merasa sebahagia saat mengenalmu, dan aku ingin agar kau menjadi lebih dari sekadar wanita cantik yang kukencani. Aku benar-benar menginginkanmu sebagai istriku." (hal 163)


Itulah ucapan Garrett pada Sophie pada suatu malam ketika dia mengajak Sophie untuk menikah di peringatan 6 bulan kencan mereka. Mereka memang pasangan yang sedang dimabuk cinta. Garrett yang seorang dokter tulang dan Sophie yang seorang pemilik sebuah toko coklat dan sekaligus cheff di toko tersebut. Dan tidak ada hal lain yang amat membahagiakan bagi pasangan yang sedang dimabuk cinta selain menyatukan rasa cinta mereka dalam sebuah pernikahan. Demikian Garrett dan Sophie ingin melakukan pernikahan setelah mereka merasa percaya bahwa mereka saling mencintai satu sama lain. Hanya saja ternyata kisah cinta mereka tidak semulus seperti yang diduga semula. Ada banyak rintangannya. Sophie yang memiliki masa lalu yang amat pahit, terus menyiksa dirinya dengan belenggu masa lalunya dan itu membuatnya tumbuh menjadi seorang perempuan cantik yang sering memandang segala sesuatu dengan sudut pandang seorang sarkas sejati. Dan Garrett akhirnya memutuskan hubungan mereka, tepat dua minggu sebelum mereka menikah karena sesuatu yang tidak Sophie ketahui. Membuat Sophie kian menyiksa dirinya sendiri dengan segala macam sikap "menyalahkan diri sendiri", "memandang sisi dunia dari sudut gelapnya saja" dan "tidak percaya bahwa ada kebahagiaan sejati di muka bumi ini.".

Sophie Maria Jones adalah seorang gadis kecil yang sedang merayakan ulang tahunnya ke 9 ketika sebuah kecelakaan mobil di hari ulang tahunnya tersebut menewaskan kedua orang tua dan neneknya. Dalam satu malam, Sophie menjadi seorang gadis yatim piatu yang tidak punya siapa-siapa. Dan itu menyebabkannya harus berpindah-pindah tempat tinggal karena negara menitipkannya pada beberapa keluarga yang mau menampungnya sebagai anak adopsi. Satu-satunya nasehat yang Sophie kecil dapatkan ketika masih kecil telah membentuk Sophie menjadi seorang yang selalu terbelenggu dengan masa lalunya.

 "Kau kedengaran seperti psikolog yang kudatangi saat remaja. Tahukah kau apa yang dikatakannya padaku? Dia bilang aku benar! Dia bilang aku harus membiasakan diri pada kenyataan bahwa semuanya akan menghilang. Dia bilang kita semua akan mati, dan kalau tak ada hal lain yang terjadi, kematian akan mengakhiri semuanya, jadi sebaiknya kita nikmati saja hubungan yang kita miliki selama masih ada, dan melanjutkan hidup setelah semua itu berakhir."  (hal 145)

"Jadi, karena kau kehilangan orang tuamu, entah bagaimana semua hubungan akan berakhir dengan cara yang sama?"
"Diawali oleh kematian mereka, semua hubungan dalam hidupku terasa sangat... sementara. Dan bukan hanya karena kehilangan orangtuaku. Sesudahnya aku mendapatkan beberapa keluarga angkat, dan mereka semua pindah ke Selatan. Bahkan salah satu orang tua angkatku meninggal."

Hidup memang terasa amat berat bagi Sophie. Bayangkan saja harus kehilangan segalanya di usia 9 tahun. Lalu tertatih melanjutkan hidup hanya ditemani seorang ibu tunggal yang mengadopsinya dan seorang saudara angkat sesama adopsi. Jadi, tidak heran jika Sophie sulit menganggap serius sebuah hubungan dengan siapapun. Lalu bagaimana kelanjutan kisah cinta pasangan ini? Novel setebal 452 halaman ini mengemas tulisannya dengan amat baik.
Jujur, aku suka sekali dengan novel ini. Meski isinya tebal tapi benar-benar jalinan ceritanya membuat kita penasaran dan enggan beranjak dari tiap-tiap lembar halamannya. Kevin Milne benar-benar piawai merangkai jalinan cerita dalam novel ini menjadi sebuah kemasan yang manis.

Ada beberapa hal yang membuat novel ini menjadi salah satu novel pavorit saja, yaitu:

1. Di dalam novel ini bertaburan quote-quotes yang sebenarnya sarkasme sekali, tapi asyik dibaca.

Entahlah. Mungkin karena saya merasa isi quotes sarkas itu ada benarnya juga. Meski dia menyengat dengan panas tapi tetap terdengar amat manis. Quote-quote yang pahit tapi hangat ini ada dalam kue rancangan Sophie yang diberinya nama kue ke(tidak)beruntungan yang dijualnya di toko coklat miliknya.
Ini beberapa di antaranya:

- "sekarang pekerjaanmu terlihat baik-baik saja, tapi bersabarlah. Tak ada yang bertahan selamanya!" (hal. 59)
- Some People are lucky in love, You aren't one of them.
- "Memang di laut masih banyak ikan yang lebih menarik, sayang sekali kau berenang di sebuah kolam dangkal yang dipenuhi ikan piranha". (hal 383)

2. Pada setiap judul babnya, terdapat judul yang (lagi-lagi) adalah quote sarkas yang asyik-asyik.

Menurut saya pemilihan judul seperti ini unik sekaligus inspiratif sekali. Terkadang lucu dan menghibur, membuat rasa penasaran untuk membaca isi bab yang bersangkutan. Ini beberapa contohnya:

- bab 1: Bersabarlah, hari-hari hujan akan segera kembali.
- bab 3: Sesuatu yang hilang darimu sebentar lagi akan kembali, tapi ada beberapa hal yang sebaiknya tetap hilang.
Bab 21: Bujuk dirimu untuk melakukan sesuatu yang tidak biasa kau lakukan, karena sepertinya hal yang biasa kau lakukan tidak berhasil.
- bab 22: Saat kau bicara dengan jujur dan terbuka, orang lain akan sungguh-sungguh mendengarkan. Mereka tidak akan percaya padamu, tapi setidaknya kau mendapatkan perhatian mereka.
- bab 26: Kalau orang beruntung mendapat keberuntungan, orang sial mendapat kesialan, kenapa kau mendapat keberuntungan konyol?
Bab 32: Tap peduli seperti apa masa lalumu, masa depanmu suram.

Saya suka dengan cara Kevin Milne menyusun novelnya dan berkreatif ria dengan mencantumkan judul yang panjang-panjang tersebut. Benar-benar menghibur dan kita seperti diajak untuk memandang sinis pada segala sesuatu dan mentertawakannya sehingga tidak terasa lagi bahwa sesuatu yang pahit itu sebenarnya terasa pahit. Semua jadi biasa saja jika kita berhasil mentertawakan kepahitan. Hahaha.. itu pendapat pribadi saya.

Alur ceritanya juga lembut, tapi detil sekali Kevin Milne mendeskripsikan segala sesuatunya. Seperti menggambarkan bentuk rumahnya, keberadaan benda-benda yang dilihat oleh para tokohnya. Mungkin, ini karena Kevin Milne menuliskan cerita ini dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga yang tahu segalanya. Meski demikian, jalinan ceritanya renyah sekali. Tidak ada kekakuan. Dan kemunculan semua kebetulan-kebetulan dalam novel ini juga berlangsung lembut dan nyaris tidak terasa. Sehingga kita menerima semua kebetulan itu sebagai sesuatu yang memang seharusnya terjadi. Tidak dipaksakan.

Ah. Ini novel kesekian yang saya suka tahun ini. Novel ini bahkan jadi lecek dan lusuh karena saya membacanya beberapa kali saking sukanya. Heheheh
Jadi.. recomended deh. Asli.




-----------------
Penulis resensi: ade anita

8 komentar:

  1. Aduuuh mbaa, komplit banget reviewnya...keren pula. Semoga sukses yaa dengan karir menulisnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih Putri... ini aku nulis bukan karena ikut lomba kok tapi karena suka dengan novel ini.

      Hapus
  2. Menarik ya, judul bab-babnya. Jadi pengin baca bukunya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya bener.. bukunya juga asyik, bahkan untuk novel bule, novel ini minim adegan dewasanya.. jadi menurutku remaja juga bisa membacanya. Bahkan novel ini menurutku lebih sopan ketimabng novel chiclit penulis indonesia loh.. dan jauh lebih sopan isinya ketimbang novelnya ayu utami

      Hapus
  3. lengkap banget reviewnya ya mbak, bikin penasaran dan ingin membacanya

    BalasHapus
  4. tampak seperti novel terjemahan..
    udah ada di gramed bandung belum ya?
    hehe

    BalasHapus

jadi, apa pendapatmu teman?

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...