Rabu, 16 Oktober 2013

SKRT DIlarang Menyanyi Di Kamar Mandi

SKRT Dilarang Menyanyi Di Kamar Mandi, apaan tuh? Itu adalah Surat Keputusan Rukun Tetangga yang isinya adalah peraturan wilayah di rukun tetangga di Jakarta agar tidak boleh menyanyi di kamar mandi.
Hah? Emang ada SK seperti itu? Kok aneh ya?

Nah. Inilah keistimewaan dari cerita yang ada di kumpulan cerita pendeknya-Seno Gumira Ajidarma ini dalam buku kumcernya "Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi". Tulisan yang menggelitik, sebenarnya sedikit sarkas tapi luar biasa kocak sekali penuturannya. Saya beberapa kali mendapati diri saya tertawa sendiri ketika membaca tulisan di kumcer ini. Benar-benar tertawa lepas. hahaha.

Jadi gini ceritanya. Di sebuah kampung di salah satu wilayah kumuh Jakarta, ada seorang perempuan yang lumayan cantik deh, namanya Sophie. Dia sebenarnya seorang yang hidupnya amat teratur. Bangun jam sekian, tidur jam sekian, makan jam sekian, mandi jam sekian, dan seterusnya. Karena alasan ingin membantu teman prianya yang sedang membuat skripsi tentang kondisi kampung di Jakarta, dia pun berpura-pura miskin dan kost di daerah padat penduduk.

Nah, Sophie ini punya kebiasaan. Jika sedang mandi, dia selalu menyanyi. Suaranya serak-serak basah gitu. Akibatnya, sungguh luar biasa. 

"Perempuan itulah yang membuat suami-suami kita dingin di tempat tidur." Ibu 1 melanjutkan perumpian."Emang, waktu laki gue orgasme, eh, dia teriak, 'Sophie!'," sergah ibu 2."Bener-bener deh. Heran kok bisa begitu suami-suami kita itu." sahut Ibu 3 sambil menyambar oncom. "Nggak akan begitu dong kalau nggak ada sebabnya," sambung Ibu 4."Iya! Jelas penyebabnya perempuan itu. Heran! Mandi ya mandi ajalah! Nggak usah pakai nyanyi-nyanyi segala." Ibu 5 meradang."Kita harus berbuat sesuatu. Kalau tidak, lama-lama kita bisa kering nih, kayak sawah nggak kebagian air. Tandus dah!" Ujar Ibu 6 tampak menderita sekali."Ya, kita harus berbuat sesuatu!" Ibu 7 membakar. (hal 19-20)
Nah loh. Pada mau ngapain tuh ibu-ibu? 
hahaha.
Kocak sekali cara Seno Gumira Ajidarma menceritakan sebuah peristiwa sederhana, amat sangat sederhana yang mungkin bisa saja terjadi di salah satu wilayah di negeri kita ini, menjadi suguhan cerita yang menarik. Sebuah sindiran bahwa sering kali, sebuah kebijakan yang amat sangat vital di negeri kita ini, dibuat hanya untuk kepentingan sebuah kelompok kecil saja di masyarakat. Tapi, kecilnya itu punya pengaruh yang amat besar.

"Istri-istri mereka protes, minta perempuan yagn suka menyanyi waktu mandi itu diusir.""Wah, nggak bisa, itu sudah melanggar hak asasi manusia." Pegawai 7 berpendapat."Tapi bagaimana dengan kepentingan orang banyak?""Maksudnya?" tanya Pegawai 8."Yaaahh, ini kan bisa dianggap meresahkan masyarakat, mengganggu ketenangan lingkungan, dan lain sebagainya?""Ah, yang resah cuma ibu-ibu," ujar Pegawai 1, "para suaminya suka kan?""Lho, kita ini harus membela dan mengutamakan perempuan.""Nah, yang menyanyi di kamar mandi juga perempuan!" Pegawai 2 bicara lagi, "Mana yang kamu bela? Yang sedikit atau yang banyak?"Pak RT membuka pici, menggaruk kepala."Aduh, kok jadi pusing, ya?"Pegawai 3 tertawa."Yaaahh, mencari kebenaran selalu pusing Pak RT!"

Saya asli merasa terhibur dengan suguhan tulisan Seno ini. Entahlah mengapa saya merasa terhibur. Mungkin ini merupakan kesempatan bagi saya untuk mentertawakan kondisi real nagara saya sendiri, atau mungkin kondisi real di lingkungan sekitar saya. Selama ini, kita kan harus mengembangkan toleransi yang amat luas jadi kadang nggak sopan untuk mentertawakan hal-hal sederhana yang berubah menjadi hal-hal yang rumit hanya karena pemikiran sempit beberapa pihak yang kebetulan punya kekuasaan di negara kita. 
hahahah.

Jadi, jika ingin rileks dan mentertawakan masyarakat kita yang suka aneh tapi nyata, baca deh kumcer ini. Benar-benar menghibur. 

Kelebihan dari cerpen ini yang lain adalah, setting lokalitas budaya Jakartanya amat kental, padahal sama sekali tidak ada rangkaian kalimat-kalimat bahasa Betawi di dialog-dialog atau narasi-narasinya. Ini menurut saya amat luar biasa. Jujur saja, saya selalu kagum pada seseorang yang berhasil memasukkan unsur lokalitas tapi semua orang, dari Sabang hingga Merauke, tetap bisa mengerti apa yang dibacanya. Nah, penggunaan bahasa Indonesia yang digunakan oleh Seno Gumira Ajidarma ini bukan bahasa yang berkias-kias atau bersayap atau menyisipkan bahasa daerah yang mungkin hanya dimengerti oleh orang daerah tertentu saja. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh Seno adalah bahasa Indonesia yang seutuhnya. Meski demikian, unsur lokalitas budaya Jakarta tetap terasa amat kental dalam ceritanya. Tidak heran jika pada tahun South East Asia (SEA) Write Award tahun  1997, cerpen Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi ini memperoleh penghargaan dan hadiah, karena Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah memasukkannya dalma lomba tersebut. 

Selain cerpen Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, cerpen-cerpen lain di buku kumcer ini adalah Duduk di Tepi Sungai, Bibir yang Merah Basah, dan Setengah Terbuka, Bayang-bayang Elektra, Mestikan Kuiris Telingaku Seperti Van Gogh, Duduk di depan jendela, dan sebagainya. 

Cerita Favorit saya yang lain adalah cerita Duduk di Tepi Sungai yang tertutur amat manis sekali meski ceritanya amat singkat (tidak sampai 10 halaman; apalagi jia dibandingkan dengan cerpen Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi yang mencapai 54 halaman). 

Ah. Sudah. Jika ada waktu, baca sendiri deh buku ini. Seru.

Judul: Dilarang Menyanyi Di Kamar Mandi (edisi ke 2)
Penulis: Seno GUmira Ajidarma
Penerbit: Galangpress
Tahun terbit: 2006.




5 komentar:

  1. nyanyiannya sampai terdengar ke rumah tetangga ya mbak sampai para suami tergila-gila :) Sebetulnya tanpa SKRT pun sebaiknya di kamar mandi tidak menyanyi ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu uniknya cerpen ini. Bisa jadi pada orang lain anjuran itu tampil dalam rangkaian cerpen dengan aura khotbah yg kental jadi orang merasa sedang diceramahin. Nah disini anjuran itu dibuat lucu jadi orang jadi tahu tentang anjuran itu sekaligus terhibur.

      Hapus
  2. Seno emang keren tulisannya, huhuu aq kaya'nya absen resensi untuk seterusnya nih mbak :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe..gak papah ria..aku ikut niat awalnya bukan utk menang tapi agar blogku ini tidak berdebu kok.

      Hapus
  3. hehehe br baca resensinya aja udh bikin sy senyum2. :D

    BalasHapus

jadi, apa pendapatmu teman?

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...