Minggu, 06 Oktober 2013

Tragedy karena makan permen

Tantangan hari ke 5 bikin resensi buku : #31hariberbagicerita

Putri bungsu saya, sepertinya sudah beranjak lebih dewasa sekarang. Ini ditandai dengan buku yang dibacanya. Dulu, dia senang jika diberikan buku dengan gambar yang besar-besar dan tulisan sedikit dan cerita yang amat sederhana. Mungkin lebih dikenal dengan istilah Picture Book untuk anak-anak. Dan memang picture book itu ditujukan untuk anak balita (lebih tuaan dikit bolehlah). Nah, sekarang, putri bungsuku sudah tidak suka buku-buku jenis picture book ini. Alasannya sederhana saja, "aku cepet banget bu bacanya itu. Daripada beli, mending aku baca di toko aja deh. Sebentar juga sudah selesai." (hehehe, bukan kebijakan yang baik untuk ditiru sebenarnbya).


Nah, jika putri bungsuku itu (usianya sudah 7 tahun 9 bulan saat ini) sudah bosan membaca picture book, lalu buku jenis apa yang dia gemari saat ini? Yang dia gemari saat ini adalah buku-buku keluaran Mizan atau Gramedia yang lebih dikenal dengan buku-buku yang ditulis oleh para penulis cilik.

Ada dua jenis novel yang ditulis oleh para penulis cilik yang beredar di toko buku saat ini. Yang pertama adalah novel dengan beberapa grafis sederhana di tengah-tengah novel yang melulu tulisan. Dan yang kedua adalah novel dengan bentuk komik. Nah. Putri bungsuku menggemari jenis yang kedua ini. Jika diajak ke toko buku, maka jenis buku inilah yang akan dia ajukan pada kami dengan tatapan mata menghiba dan senyum dikulum mengharapkan pilihannya disetujui. Kadang, dia sampai asli galau berat memilih satu diantara beberapa judul yang dia sukai dan akhirnya penentuan buku apa yang akan dibeli dipilih dengan cara cap cip cup kembang kuncup. Pilih mana yang mau dicup. (hahahahaha)

Nah, kali ini aku akan membahas tentang salah satu novel komik koleksi putri bungsuku itu. Judulnya : Lollipop Tragedy.

Ada enam (6) orang anak yang menulis buku yang berisi kumpulan cerita ini. Yaitu Shafa Salina Amirah, Adelina Irmanda, Shafira Putri Hapsari, DIraya Adani Kiasatina, Hamzah Muhammad dan KIrana Mahdiah Sulaeman. Masing-masing menampilkan sebuah cerita yang asli penuh dengan imajinasi khas anak-anak. Jadi, konfliknya tidak terlalu didramatisir, penuh dengan suasana perdamaian, jauh dari konflik yang tajam. Tapi asli menyenangkan (aku saja suka bacanya dan Hawna itu jika sudah baca suka lupa minum dan lupa bergerak).

Karena ini novel komik maka komikusnya juga ada enam orang. Masing-masing menterjemahkan kemauan para penulis cilik ini   dalam mengembangkan idenya. Mereka adalah: Isya, Fani, Romu, Danesh, Tahta, Faisal.

Gambar-gambar yang ditampilkan di novel komik ini mirip tarikan gambar kartun manga yang punya ciri khas mata yang besar, bulat dan hidup, serta dagu yang runcing dengan bentuk wajah oval. Nyaris seluruh model rambut para tokoh di novel ini punya model rambut panjang sebahu dengan layer yang keren-keren banget serta senyum yang ramah dan menyisakan mata yang segaris (gara-gara ini nih, Hawna, putri bungsuku itu jika difoto pasti jadi menyipitkan matanya sambil bilang, "Cheese" lengkap dengan dua jari yang terangkat sebagai lambang V alias VIctory.

Uniknya novel komik ini adalah, para penulis cilik ternyata mengajukan cerita dalam bentuk gambar juga aslinya. Tapi, tarikan gambarnya ya khas anak-anak. Tidak fokus, berantakan dan kadang ceritanya gak begitu jelas. Jadi, tugas para komikus alias ilustrator yang memperbaiki jalan cerita agar bisa masuk akal.

Contohnya, cerita yang ditulis oleh Shafira Putri Hapsari ini. Jika berpatokan pada cerita yang di polakan dalam coretan gambarnya ini, ceritanya sama sekali tidak masuk akal dan tidak ketahuan maunya apa. Tapi, oleh Ilustrator akhirnya ceritanya dibuat lebih manis dan masuk akal.
Jadi, kolaborasi antara penulis cilik dan ilustrator itu amat kuat sekali dalam membangung cerita.
Itu pendapat saya yang seorang dewasa.
Bagaimana pendapat putri kecil saya Hawna melihat coretan gambar penulis cilik tersebut?
"Keren deh bu. AKu juga mau ah gambar dan bikin komik sendiri kayak gini."
Jadi.. menurutku para penulis cilik ini, meski cerita yang mereka persembahkan sederhana cukup menginspirasi anak kecil lain yang membaca penuturan mereka.


 Nah... ini ilustrator yang diterjemahkan oleh para ilustratornya. Ceritanya jadi keren banget.






Itu sebabnya aku sih senang-senang saja jika anakku minta dibelikan buku ini. Bukan karena ceritanya tapi karena inspirasi yang para penulis cilik ini tularkan pada anakku. Tapi, tetap harus didampingi ketika mereka membaca buku ini. Karena, yaaa.. namanya juga yang nulis anak-anak jadi ceritanya sering "kurang tepat". Seperti misalnya, sakit gigi karena makan permen (di cerita utamanya, Lollypop Tragedy). Solusinya: jangan makan permen lagi. Nah. Menurutku ini salah. Solusinya yang benar adalah: boleh makan permen asal jangan lupa sikat gigi karena yang bikin sakit gigi itu bukan permennya tapi sisa makanan yang menempel di gigi.

Atau di cerita Singa Ajaib. Sebenarnya yang mengasuh anak-anak singa itu bukan singa jantan, melainkan singa betina.
Ya.. begitulah. Harus dengan bimbingan orang tua tetep.

Judul: Lollipop Tragedy
Penerbit: Mizan, divisi KKPK bekerjasama dengan Muffin Graphics.
Penulis:
- Shafa Sa;oma Amirah & Isya
- Adelia Irmanda $ Fani
- Shafira Putri Hapsari & Romy
- Diraya Adani Kiasatina & Danesh
- Hamzah Muhammad & Tahta
- Kirana Mahdiah Sulaeman & Faisal




1 komentar:

  1. Anakku sekarang gak suka lagi baca KKPK, lebih suka Doraemon dan komik sains, katanya KKPK banyak cerita tentang cewek dan penulisnya pun cewek, karena anakku cowok jadi kurang klik kali ya...
    Tapi emang iya sih baca buku yg ditulis anak2 tetep butuh pendampingan kita juga, karena namanya ditulis oleh anak2 jadinya ya cara menyikapi persoalan pun dari kacamata anak2

    BalasHapus

jadi, apa pendapatmu teman?

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...