Rabu, 15 Januari 2014

#Resensi VIII/2014: 30 Hari Keliling Sumatra

Jika kalian baru saja lolos dari lubang penyakit yang mematikan (sebut saja kanker) apa yang akan kalian lakukan? Atau jika kalian punya anak yang baru saja dinyatakan sembuh dari penyakit kanker, apa yang akan kalian berikan padanya? Pasti kalian akan segera melakukan sesuatu yang kalian sukai, sebagai rasa syukur karena ternyata kalian masih diberikan kesempatan untuk melakukan hal itu bersamanya. Dan demikianlah yang terjadi pada Ary Amhir. Dia seorang wanita yang amat gemar melakkan traveling. Sehingga, ketika dia sudah dinyatakan bebas dari penyakit kankernya, dan 61 jahitan di perutnya sudah mulai terasa kering (karna usia jahitan itu sudah berusia 1 tahun), Ary Amhir pun berkeinginann untuk melakukan traveling atau perjalanan mengelilingi Pulau Sumatra. Ibunya langsung memberi izin, bahkan ikut membantu mencarikan tiket pesawat dari kenalananya. Dan buku ini, adalah catatan perjalanan dari Ary Amhir ketika selama 30 hari dia mengelilingi Sumatra.


Perjalanan keliling Sumatra yang dilakukan oleh Ary Amhir ini bermula ketika dia menerima surat undangan dari temannya di tanggal 19 Februari 2010 yang akan menikah di Pariaman, Sumatra Barat. Begitu saja Ary kemudina memutuskan untuk mulai melakukan perjalanan ke Sumatra dan ternyata kedatangannya ke perkawinan temannya itu adalah awal dari perjalanannya keliling Sumatra.

Aku berdecak kagum pada ketangguhan perempuan yang baru saja dioperasi besar setahun sebelumnya ini. Bayangkan, dengan bekas jahitan sebanyak 61 jahitan di perut, dia sudah memaksa dirinya untuk memanggul tas ransel 25 liter plus menenteng sebuah kamera dan notebook 12'. Luar biasa menurutku (dan mirisnya aku jadi teringat dengan nasehat dokter ketika aku memasuki usia 42 tahun setahun lalu, yaitu tahun 2012, yang mengingatkan aku agar tidak lagi membawa barang yang berat di pundak dan berjalan jauh karena ternyata struktur tulang kakiku sudah mengalami kondisi "over training" selama ini sehingga akhirnya mengalami pengapuran). Dan membaca tulisan perjalanan dia di buku ini rasanya jadi asyik sekali.

Tidak ada cerita kegemaran belanja di dalam buku ini, juga tidak ada gambaran suasana senang jingkrak-jingkrak karena bertemu dengan sesuatu yang dianggap langka dan sulit diperoleh, dan jangan pernah membaca tulisan kisah berjibaku untuk mendapatkan tiket atau kupon untuk masuk ke suatu tempat yang sulit didapat. Tidak. Tidak ada itu semua dalam buku ini. Semua yang dituturkan dalam buku ini hadir apa adanya. Ary Amhir itu, seperti diakuinya adalah seorang perempuan yang menyukai kesendirian. Jadi, segala sesuatu yang dia tulis di dalam buku ini hadir dalam suasana ketika dia sedang sendirian. Dalam kesendirian itu dia melakukan perjalanan yang penuh dengan perenungan dan menikmati kesyahduan pemandangan yang dilewatinya. Tentang suasana obrolan di salah satu daerah di  Sumatra Selatan yang diam-diam dia dengar ketika dia menyesap secangkir kopi, atau suasana kedamaian ladang dan ngarai dan gunung yang terhampar yang dia nikmati ketika dia duduk di atas sadel motor ojeg atau di dalam kursi bangku penumpang bis. Meski demikian, tetap asyik menyimak buku ini. Buku yang heningnya saja sudah membuat kita seakan-akan ikut duduk di samping Ary Amhir dan ikut menikmati apa yang dia lihat sepanjang perjalanannya.

Aku suka buku ini. Sederhana, dan jadi tertular rasa tangguh dan jiwa mandiri si petualang yang sedang melakukan perjalanan tersebut.
Jika kalian ingin membaca buku kisah perjalanan yang menarik dan berbeda dengan suasana gegap gempita cerita perjalanan a la Trinity, maka buku ini bisa jadi salah satu alternatif.


Judul buku: 30 hari Keliling Sumatra (kisah nyata)
Penulis: Ary Amhir
Penerbit: Penerbit Dolphin, cetakan pertama 2013
Fisik buku: 278 halaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jadi, apa pendapatmu teman?

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...