Rabu, 04 Maret 2015

11 Fakta Siapa itu Margareth Keane?

Aku menonton film BIG EYES beberapa pekan yang lalu dan sudah menuliskan reviewnya di tulisan sebelumnya yang berjudul Big Eyes: Mengungkap Kebohongan Besar. Dan jujur saja, aku tertarik dengan lukisan yang bertaburan di sepanjang film tersebut. Jadi penasaran, siapa itu Margareth Keane?






Film Big Eyes itu diangkat dari kisah nyata. Jadi, kejadiannya benar-benar ada dan lukisan-lukisan indah yang ada di film itu benar-benar ada juga. Aku akhirnya searching di google dan mendapati riwayat hidup Margareth Keane yang asli.

Berikut ini ada 11 Fakta seputar Margareth Keane dan kasus plagiat yang dilakukan oleh suami keduanya, Walter Keane (sumber dari International Business Times). Sekalian ya pada tiap-tiap bagian keterangan di bawah ini, kita nikmati lukisan dari Margareth Keane yang ciamik tersebut. Ada water marknya sih, tapi tetap cantik kok. Semua lukisan itu aku ambil dari websitenya Margareth Keane dot com.



1. Margareth Keane tidak pernah tahu bahwa suaminya memplagiat hasil karyanya.
Jadi, karena sudah lazim seorang istri menggunakan nama keluarga, dalam hal ini nama suaminya, maka Margareth Keane tidak tahu bahwa ketika dia membubuhkan nama KEANE di lukisan-lukisannya itu membuat suaminya Walter Keane mengakui bahwa itu adalah hasil karya Walter.



“After we started to make it, it didn't make any difference,” Keane said during an exclusive interview with UPI. “All I got out of it was a larger house to keep. And I always did the faces and the eyes and he might touch up the background."
lukisan Who Says Animals Can't Fly dalam kartu ucapan yang dijual oleh gallery Margareth Keane


2. Margareth Keane pernah loh mengajarkan suaminya Walter tehnik melukis.
Jadi, karena dia melihat suaminya itu punya kebiasaan buruk "melukis ketika mendapat ilham" maka Margareth mencoba untuk mengajarkan suaminya Walter Keane itu tehnik membuat lukisan tanpa harus menunggu ilham datang.

Margareth Keane sendiri, melukis itu sebenarnya wajahnya satu yang melekat dalam kepalanya, yaitu wajah putri tunggalnya. Tapi latar belakangnya saja yang dia ganti-ganti. Itu sebabnya dia bisa produktif dalam melukis karena kreatifitasnya memperkaya lukisan hanya dari satu prototipe saja, yaitu wajah anaknya.

Melukis dengan  pedoman menunggu ilham datang itu nggak banget deh (dan pernyataan ini serasa menampol buat aku yang menjadi penulis/blogger. Coba saja kita ubah prolognya jadi: menulis dengan pedoman menunggu ilham datang itu nggak banget deh)

When Keane confronted her husband about stealing her work, he attempted to learn how to recreate his wife’s alluring images. But according to Margaret, Walter was unable to copy her technique despite showing her husband how.
lukisan Keiki Lisa dalam kartu ucapan yang dijual di gallery Margareth Keane


3. Ternyata,  sepanjang hidupnya sebagai istri dari Walter Keane,  dia diperlakukan seperti burung dalam sangkar emas oleh suaminya. Jadi, dikasi rumah besar lengkap dengan kemewahan tapi dia dikurung di dalam rumah. Gak boleh kemana-mana. Dan Walter Keane juga seorang lelaki yang posesif sekali.

"I was in jail,” she told the Guardian. “He wouldn’t allow me to have any friends. If I tried to slip away from him, he’d follow me.”
Time magazine then revealed that the artist was forced to work 16-hour workdays to churn out profitable paintings. And if Walter wasn’t in the house to supervise her, he would call every hour on the hour to assure the big-eyed pieces were being created.

Lukisan "It's a Jungle Out There" yang dijual dalam bentuk magnet kulkas di Gallery Margareth Keane
4.  Margareth sendiri ternyata adalah tipe istri yang amat takut pada suaminya. Dia juga amat penurut dan amat patuh pada suaminya. Duh... semua yang amat alias lebay emang selalu tidak baik ya. Harusnya biasa-biasa aja. Cinta boleh, tapi cinta yang terlalu terkadang malah membuat sakit (aihhh.. uhuk..uhuk).

During an interview with UPI, Margaret revealed that she was reluctant to claim the paintings as hers in fear of her life. "He told me so many times -- like brainwashed me -- that if I ever told anybody he'd have me knocked off," she explained. "I really thought he would.” Margaret added in a statement to the Guardian that she held truth to his threat because he knew “a lot of mafia people.”
lukisan "number one son" yang dijual dalam bentuk poster di gallery margareth keane


5. Ketakutan yang dialami oleh Margareth Keane baru hilang setelah suaminya, Walter Keane meninggal dunia di tahun 2000. Jadi, bahkan meski mereka sudah bercerai di tahun 1960-an, Margareth tetap dicekam ketakutan akan usaha balas dendam yang mungkin dilakukan oleh mantan suaminya tersebut. Itu sebabnya ketika dia mendengar kabar bahwa mantan suaminya itu meninggal dunia tahun 2000, dia pun merasa lega.

 Not until he died did I really feel that I wasn't going to be knocked off,” she told UPI of Walter’s death in 2000. “I don't like to hear people die but it was a relief that I didn't have that fear anymore.”




6.  Keberanian untuk mengungkap sebuah kebenaran itu memerlukan penguatan dari lingkungan. Mengapa? Karena mereka yang ditekan untuk bungkam, biasanya keberaniannya berada di titik nol. Dan itulah yang terjadi pada Margareth Keane yang butuh waktu satu dekade alias sepuluh tahun untuk bisa mengungkap kebenaran apa yang terjadi sesungguhnya terhadap semua karya lukisan yang dia buat tapi diakui oleh suaminya sebagai hasil lukisan suaminya.



 7. Jika ada perselisihan atas satu karya, maka cara paling efektif untuk mengetahui siapa yang memiliki karya tersebut adalah dengan cara bedah karya. Tapi dengan catatan ya: kita tahu pasti bahwa lawan kita memang benar-benar plagiat.

After revealing who the true artist behind the big eye paintings were, Margaret challenged her ex-husband to a paint-off in San Francisco’s Union Square. "Give us both paint and brush and canvas and turn us loose in Union Square at high noon, and we'll see who can paint eyes," she said. "I'd like that." However, Walter never showed. Instead his only response to the paint-off was him claiming that Margaret was a “boozing, sex-starved psychopath.”
8. Dalam perseteruan tentang kasus Plagiat dalam karya seni lukis ini, Margareth sebenarnya memenangkan uang ganti rugi sebesar $4juta dollar. Wow.

Margaret and Walter Keane reunited when she sued her ex-husband for slander. The two were then asked by a judge to recreate the big eye painting in court. Margaret did so within 53 minutes while Walter declined to participate due to a shoulder injury. According to Time magazine, Margaret won $4 million in the suit but never saw a cent, considering Walter had flushed the couple's fortune down the toilet.



 9. Meski sudah memenangkan sengketa plagiat di pengadilan, tetap saja lukisan yang dipajang di gallery milik Margareth Keane sering dipertanyakan oleh para pengunjung. Ini akibat dari Walter Keane yang mengakui karya lukisan itu sebagai karya dia selama 10 tahun.

 According to the artist, there are patrons who enter the gallery still convinced that her ex-husband is the creator. "People would come in the gallery and argue and say, 'No, Walter did these things,'" she said, adding that that the “Big Eyes” movie has helped the skeptics believe she is the true artist behind the iconic waifs.

lukisan dengan judul "tommorow future". Aku lihat di website gallery Margareth Keane, aslinya keren deh. Warnanya gak doff gini tapi warna cat minyak yang cemerlang gitu jadi keceriaan wajah semua anak2 ini terekam sempurna


10. Dalam pembuatan film mengenai dirinya, Margareth memuji permainan acting Ami Adams yang menurut dia bisa menterjemahkan seluruh dirinya dalam film tersebut.

"I'm in awe of her ability and talent," Margaret told UPI of the actress who was nominated for a Golden Globe for representing her in “Big Eyes." "She portrayed exactly the way I was feeling. I don't know how she can do it without even saying a word ... just a gesture."

11. Walter Keane meninggal dunia tahun 2000. Pembuatan film BIG EYES tahun 2014. Misalnya nih, Walter masih hidup kira-kira apa ya tanggapan Walter terhadap film tersebut? hehehe.... Pertanyaan iseng dan ternyata jawabannya adalah:

What Walter Keane Would Have Thought Of The Film
“He often said, ‘I don’t care what they say as long as they spell the name right,'" she told New York Daily News.
 Dan di akhir parade lukisan karya margareth keane, ini dia lukisan yang paling aku suka. Judul lukisannya Tashiko.

kenapa aku suka lukisan ini? Aku suka dengan ekspresi si gadis Tashiko ini. Ceria banget.

The end

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jadi, apa pendapatmu teman?

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...